Sementara itu Nurhayati Subakat, dalam sesi yang sama menjelaskan perusahaan memiliki 5 core values yang sekaligus menjadi kunci mereka menghadapi krisis.
Lima nilai tersebut yaitu; Ketuhanan, mencakup integritas dan kejujuran, Kepedulian, saling membantu, saling peduli, termasuk berkolaborasi, Kerendahan hati, rendah hati untuk mau belajar, Ketangguhan, Inovasi. Terutama selama masa pandemi ini, sebagian besar karyawan terutama yang di pabrik untuk produksi mereka tidak mungkin bekerja dari rumah.
“Maka saya secara langsung memotivasi mereka, saya sampaikan kalau mereka kerja di tengah pandemi ini adalah sebagai ibadah untuk mempertahankan perusahaan ini, mereka ibarat pahlawan yang akan menyelamatkan perusahaan karena produksi tetap bisa jalan,” jelas Nurhayati.
Pada Sesi II yang mengangkat sub-topik ‘Second Generation’s Perspective”, tampil pembicara Arfan Awaloeddin dan Shanti L. Poesposoetjipto yang membagikan pengalaman mereka sebagai generasi kedua membawa perusahaan keluarga tetap tangguh melewati berbagai krisis.
Arfan, menceritakan dimasa awal pandemi Covid-19 melanda, ada ketakutan dari masyarakat untuk mau berobat ke rumah sakit, sementara dari sisi tenaga medis seperti dokter dan perawat juga tidak kalah takutnya jika harus merawat pasien positif covid-19.
Dalam situasi demikian, para tenaga medis dan karyawan diberi pendampingan dengan psikolog untuk menenangkan dan menguatkan mereka menghadapi pasien Covid-19 yang membludak.
Dari sisi pasien juga diberi edukasi. Untuk keselamatan seluruh perusahaan ditengah pandemi, Arfan menerapkan strategi DAMO: Discover, yang artinya pebisnis harus mengikuti perubahan, sehingga mendapatkan contoh pengalaman baru dengan memberikan cara berbeda atau berinovasi untuk melayani.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: