Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Shandong Energy, Salah Satu dari 7 Penambang Batu Bara Terbesar di China

Kisah Perusahaan Raksasa: Shandong Energy, Salah Satu dari 7 Penambang Batu Bara Terbesar di China Shandong Energy Group Company. | Kredit Foto: VCG
Warta Ekonomi, Jakarta -

Shandong Energy Group Company adalah badan usaha milik negara China yang bergerak dalam bidang pertambangan batu bara. Berkantor pusat di Jinan, Shandong, ini adalah satu dari tujuh perusahaan batu bara terbesar di China. 

Dikutip dari laman Fortune, total pendapatan (revenue) perusahaan pada 2020 ini sebesar 51,89 miliar dolar AS. Jika dibandingkan dengan tahun 2019, angka pendapatannya naik dari sebelumnya hanya sekitar 51,24 miliar dolar. 

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Populerkan Model Cash and Carry, Antarkan Metro Jadi Peritel Top Jerman

Untuk laba (profit), Shandong mengumpulkan sekitar 729 juta dolar pada 2020. Sementara untuk tahun sebelumnya, perusahaan hanya memperoleh sekitar 573 juta dolar. Dengan kata lain, kondisi keuangan atau finansial perusahaan pada setahun terakhir cukup sehat.

Grup ini dibentuk pada Maret 2011 dengan menggabungkan enam perusahaan pertambangan batu bara yang ada. Perusahaan-perusahaan ini termasuk Xinwen Mining Group, Zaozhuang Mining Group, Zibo Mining Group, Feicheng Mining Group, Linyi Mining Group dan Longkou Mining Group.

Hal ini, melansir ChinaMining.org, sejalan dengan program restrukturisasi industri pertambangan batu bara China. Program ini mencapai hasil yang bermanfaat pada tahun 2011.

Dengan tujuh perusahaan pertambangan batu bara mampu memproduksi lebih dari 100 juta ton batu bara per tahun tahun lalu. Mereka adalah Shenhua Group, China National Coal Group (disingkat ChinaCoal), Shaanxi Coal and Chemical Industry Group, Shanxi Coking Coal Group, Datong Coal Mine Group, Jizhong Energy Group, dan termasuk Shandong yang menjadi salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar baru di China.

Shandong dilaporkan merupakan pendatang baru, dengan kapasitas produksi tahunan masing-masing 102 juta ton dan 108,21 juta ton pada 2011. Lompatan besar dalam produksi batu bara kedua perusahaan ini terutama disebabkan oleh upaya maksimal mereka dalam restrukturisasi.

Dalam laporan China.org.cn pada 2011 lalu, hasil reorganisasi dan pencatatan ulang grup Shandong mengashilkan sejumlah capaian. Grup tersebut telah memperoleh kredit 350 miliar yuan (US$55 miliar) dari lima bank milik negara dan aset tersebut akan dipusatkan untuk pengelolaan pada akhir kuartal pertama 2012. Grup akan mempercepat proses listing publik, mempersiapkan listing grup secara holistik selama periode Rencana Lima Tahun ke-12 (2011-2015).

Per Februari 2012, perusahaan telah memulai restrukturisasi untuk mempersiapkan perusahaan untuk listing di bursa.

Sementara itu secara data bisnisnya dari segmen pertambangan batu bara milik Shandong cukup mapan. Shadong Energy memiliki 29 tambang. Pada tahun 2011, perusahaan menambang 108,2 juta metrik ton batubara dan berencana untuk memproduksi 120 juta metrik ton pada tahun 2012.

Selain produksi di China, perusahaan sedang mengembangkan tambang batubara di British Columbia, Kanada, dan berencana untuk memperluas ke Australia, Burma, dan Kamboja. Pada bulan Maret 2012, anak perusahaan Linyi Mining Group melakukan penawaran pengambilalihan untuk perusahaan batubara Australia Rocklands Richfield.

Di wilayah pertambangan Yining, anak perusahaan Xinwen Mining Group bersama dengan Australian Linc Energy telah merencanakan untuk mengembangkan proyek gasifikasi batubara dengan kapasitas 2 miliar meter kubik (71 miliar kaki kubik) syngas per tahun.

Anak perusahaan perusahaan Longkou Mining Group ini merupakan satu-satunya perusahaan di China yang menambang batu bara di bawah dasar laut. Penambangan dilakukan di Tambang Batubara Bawah Air Beizao di Teluk Bohai di utara Semenanjung Shandong.

Di sisi lain dalam segmen minyak bumi, minyak diproduksi sebagai produk sampingan pertambangan batubara oleh anak perusahaan perusahaan Longkou Mining Group. Ini mengoperasikan pabrik minyak serpih yang dilengkapi dengan 40 retort Fushun. Produksi minyak serpih sekitar 120.000 ton per tahun dan kapasitas penuh yang direncanakan adalah 200.000 ton minyak serpih per tahun.

Perusahaan juga berencana memanfaatkan teknologi Enefit-280. Selain itu, perusahaan berencana untuk membakar shale char yang dicampur dengan particulate oil shale dalam fluidized bed combustion untuk pembangkit listrik, dan shale ash akan digunakan untuk produksi bahan bangunan.

Pada gilirannya hingga dewasa ini, Shandong tetap eksis. Tercatat dalam Fortune, perusahaan ini mampu bersaing dengan banyak korporasi tambang lainnya di CHina dan dunia. Namun karena performanya stabil dan cenderung naik, Shandong bisa bertahan sekaligus meraih predikat perusahaan raksasa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: