Sangat Penting, Nyatanya Informasi Nilai Gizi Malah Buat Pusing karena Sulit Dipahami Masyarakat
Koordinator Standardisasi Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Yusra Egayanti, mengakui bahwa informasi nilai gizi dalam tabel di makanan kemasan ada kalanya tak praktis untuk dibaca dan dipahami masyarakat. Ia menyebut, informasi itu terkadang tampak rumit.
"Informasi dalam tabel adakalanya bacanya ribet, angka-angka, kotak, complicated. Ini disadari, masyarakat tidak mudah memahami dalam bentuk tabel," ujar dia dalam sebuah webinar kesehatan, dikutip belum lama ini.
Baca Juga: Covid Oh Covid... Makin Ngeri Aja, Studi Menemukan Covid-19 di Sperma Pria Indonesia! Ya Ampun...
Untuk itu, sekarang berkembanglah informasi nilai gizi pada bagian utama label kemasan dalam bentuk panduan asupan gizi harian warna monokrom. Inovasi itu didasarkan pada survei preferensi konsumen dan kemampuan industri melakukan reformulasi.
"Jadi sebagian informasi dalam label dibawa ke depan khususnya zat gizi terkait penyakit tidak menular (PTM), seperti energi, lemak total, natrium, dan gula," ungkap Ega.
Beberapa produk pangan sudah mencantumkan kandungan zat gizi tersebut di bagian depan kemasannya. Ega berharap, langkah tersebut memperjelas jumlah nilai gizi suatu makanan.
"Ada persentase angka kecukupan gizinya juga," kata Ega.
Selain warna monokrom, logo Pilihan Lebih Sehat juga dapat menunjukkan pilihan yang lebih sehat dibandingkan produk sejenis selama dikonsumsi dalam jumlah wajar. Ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat memilih pangan olahan didasarkan pada kandungan gizinya.
Baca Juga: Penderita Diabetes Ganti Gula dengan Madu? Duh… Pahami Hal Ini Terlebih Dahulu
Ega menuturkan, sudah ada persyaratan terkait produk yang bisa mencantumkan logo berdasarkan pembatasan zat gizi tertentu dalam pangan yang berkontribusi pada peningkatan prevalensi PTM, seperti gula, garam, dan lemak. Saat ini, baru ada tiga produk yang bisa mencantumkan logo, yakni minuman siap konsumsi, pasta, dan mi instan.
Ketiganya termasuk dalam kelompok pangan yang menyumbang asupan gula, garam, dan lemak. Oleh karena syarat produk bisa mencantumkan logo ialah bila kandungan gulanya rendah, maksimal 6 gram per 100 ml, baik minuman susu, teh, maupun bersoda.
Untuk pasta dan mi instan, logo itu dapat dicantumkan bila lemak total diturunkan menjadi 20 gram per 100 gram dan garamnya diturunkan 900 mg per 100 gram. Ega mengingatkan, logo Pilihan Lebih Sehat tercantum dalam suatu produk tak berarti konsumsinya dapat melebihi kewajaran.
"Ada kalanya kemudian setelah melihat logo Pilihan Lebih Sehat, konsumsinya banyak. Nah itu jadinya bisa salah kaprah. Jadi, tetap dikonsumsi dalam jumlah yang wajar," kata Ega.
Baca Juga: Penderita Diabetes Jangan Sekali-kali Tinggalkan Makan-Minum saat Sakit Meski Sulit, Bahayanya…
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: