Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pedas! Dalai Lama: Para Pemimpin China Buta Akan Keragaman Budaya

Pedas! Dalai Lama: Para Pemimpin China Buta Akan Keragaman Budaya Kredit Foto: Reuters/TT News Agency/Johan Nilsson
Warta Ekonomi, Tokyo -

Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, mengkritik para pemimpin China pada Rabu (10/11/2021) dengan mengatakan mereka "tidak memahami keragaman budaya yang berbeda" di sana dan ada terlalu banyak kendali oleh kelompok etnis utama Han.

Tapi dia juga mengatakan dia tidak menentang "saudara dan saudari China" sebagai sesama manusia dan dia secara luas mendukung ide-ide di balik Komunisme dan Marxisme.

Baca Juga: Menohok! Dalai Lama Bilang Lebih Suka Tinggal di India karena China...

Dalai Lama yang berusia 86 tahun, mengambil bagian dalam konferensi pers online yang berlabuh di Tokyo, menjawab pertanyaan tentang apakah komunitas internasional harus mempertimbangkan untuk memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing karena penindasan terhadap minoritas, termasuk mereka yang berada di wilayah barat Xinjiang.

"Saya tahu para pemimpin Partai Komunis sejak Mao Zedong. Ide-ide mereka bagus. Tapi kadang-kadang mereka melakukan banyak kontrol yang ekstrim dan ketat," katanya dari markasnya di India, seraya menambahkan bahwa dia pikir segalanya akan berubah di China di bawah pemimpin generasi baru.

"Mengenai Tibet dan juga Xinjiang, kami memiliki budaya kami sendiri yang unik, sehingga para pemimpin Komunis China yang berpikiran sempit, mereka tidak memahami keragaman budaya yang berbeda," sambungnya, Reuters melaporkan.

Memperhatikan bahwa China tidak hanya terdiri dari orang-orang etnis Han tetapi juga kelompok-kelompok lain yang berbeda, ia menambahkan: "Pada kenyataannya, terlalu banyak kontrol oleh orang-orang Han."

China menguasai Tibet setelah pasukannya memasuki wilayah itu pada 1950 dalam apa yang disebutnya "pembebasan damai". Tibet sejak itu menjadi salah satu daerah yang paling dibatasi dan sensitif di negara itu.

Beijing menganggap Dalai Lama, yang melarikan diri ke India pada 1959 setelah pemberontakan yang gagal melawan kekuasaan China, sebagai "pembelah" atau separatis yang berbahaya. Dia telah bekerja selama beberapa dekade untuk menarik dukungan global untuk otonomi linguistik dan budaya di tanah airnya yang terpencil dan bergunung-gunung.

Juru bicara kementerian luar negeri China Wang Wenbin, ditanya pada konferensi pers reguler pada hari Rabu tentang hubungan dengan Dalai Lama, merujuk pada "kelompok politik separatis yang keluar-masuk".

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: