Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Tiga Strategi PLN Akselerasi Transisi EBT

Ini Tiga Strategi PLN Akselerasi Transisi EBT Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia memiliki banyak potensi pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), mulai dari panas bumi, tenaga air, bioenergi, surya, dan angin. Melimpahnya sumber energi bersih ini tentunya menjadi modal PT PLN (Persero) dalam memenuhi target Indonesia net zero emission 2060.

Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan, faktor perubahan iklim diproyeksikan akan berdampak pada peningkatan potensi bencana, seperti cuaca ekstrem, banjir, kekeringan parah, kenaikan temperatur, kenaikan permukaan air laut, serta potensi kesulitan tumbuhnya tanaman pangan.

Baca Juga: Melihat Lebih Dekat Pembangkit EBT Modern PLN, PLTA Rajamandala

Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN, Agung Murdifi, menyampaikan, berkaca pada laporan tersebut, dengan kebijakan business as usual (BaU) sekarang ini, kenaikan suhu akan mencapai 3,1 derajat Celcius pada 2030. Sementara, jika semua pihak konsisten untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, kenaikan suhu tersebut dapat teredam pada level 1,5 derajat Celcius atau bahkan lebih rendah.

"Mau atau tidak, kita harus melakukan akselerasi dalam transisi dari PLTU Batubara ke energi yang ramah lingkungan seperti surya, angin, air, panas bumi, dan jenis energi baru terbarukan yang lain," katanya, Minggu (14/11/2021). 

PLN pun telah memiliki strategi transisi energi dalam tiga tahap. Pertama, pengembangan pembangkit PLN harus selalu mempertimbangkan keselarasan supply and demand, potensi ketersediaan sumber energi setempat, keekonomian, keandalan, serta ketahanan energi nasional dan sustainability.

"Kita harus tetap menjaga keselarasan supply and demand. Jangan sampai kita kelebihan supply yang nanti secara bisnis akan merugikan atau tidak baik," katanya.

Strategi kedua ialah akselerasi pengembangan EBT pada daerah defisit, serta daerah yang menggunakan bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang sumber energinya menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Ini merupakan langkah strategis, baik dari sisi bisnis PLN maupun mengurangi belanja di sektor BBM," jelasnya.

Berikutnya, strategi ketiga ialah pada sistem kelistrikan dengan cadangan daya besar yang perlu mempertimbangkan harmonisasi supply and demand. Peran serta dan dukungan pemerintah dan stakeholder lainnya sangat penting dalam menumbuhkan iklim investasi yang baik, khususnya di bidang industri dalam rangka peningkatan demand dan pertumbuhan ekonomi.

Di PLN, Agung menambahkan, kapasitas terpasang pembangkit pada 2020 adalah 63,3 Giga Watt (GW). Sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021–2030, akan ada penambahan pembangkit baru sebesar 40,6 GW selama 10 tahun dengan porsi EBT mencapai 20,9 GW atau 51,6 persen.

"Secara bertahap direncanakan pembangkit PLTU dilakukan retirement dan penggantian PLTD/PLTMG/PLTG tua tersebar sehingga kapasitas pembangkit PLN pada 2030 menjadi 99,2 GW dengan porsi EBT bertambah," terangnya.

Di sisi lain, Direktur Utama PT Indonesia Power (IP) M. Ahsin Sidqi memaparkan, di Indonesia, banyak energi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber penggerak pembangkit listrik. Maka dari itu, IP menyambut baik RUPTL 2021–2030 yang mendukung peningkatan pembangkit EBT secara masif.

"Selama pandemi Covid-19, kita tahu energi sangat mahal. Ternyata, yang bisa menjadi pertahanan kita pembangkit EBT. Kita baru sadar pembangkit-pembangkit EBT yang kapasitasnya kecil, meski tersebar tidak tergantung dengan bahan bakar yang harganya berfluktuasi," ujarnya.

Tak hanya membangun pembangkit saja, sesuai arahan dari PLN sebagai induk usaha, IP juga banyak berinovasi dalam pemanfaatan EBT di pembangkit lama. Salah satunya dengan mengadopsi program co-firing dengan memanfaatkan gulma eceng gondok yang selama ini tidak dimanfaatkan. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya pendangkalan pada waduk dan juga mendukung pelaksanaan co-firing pada PLTU.

"Program Biomass Operating System of Saguling (BOSS) tersebut merupakan program unggulan PT Indonesia Power dalam mewujudkan program 'Saguling Clean', yakni waduk Saguling yang bersih dari sampah dan gulma eceng gondok," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bethriq Kindy Arrazy
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: