Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mitra binaan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Barat (BI Jabar), CV. Frinsa Agrolestari berhasil meraup omset hingga Rp12 miliar setiap tahun. Bahkan tahun 2021 sudah mencapai target ekspor kopi sebanyak 19 ton.
Direktur CV Frinsa Agrolestari Wildan Mustofa mengatakan, sejak tahun 2016 lalu telah berhasil mengekspor Kopi Green Bean Java Frinsa ke empat benua seperti Australia, Asia, Eropa dan Amerika dengan sistem pembayaran telegraphic transfer karena rerata pembeli buyer lama.
Baca Juga: Jaswita Jabar Investasi Rp10 Miliar Bidik Wisata Labuan Bajo
"Kalau untuk Eropa kebanyakan pembelinya dari Inggris, Perancis, Jerman, Austalia dan Jerman. Ada juga dari sebagian negara-negara Skandinavia seperti Denmark, Finlandia, Islandia dan Norwegia," jelas Wildan kepada wartawan, Minggu (14/11/2021) sore.
Meskipun demikian selama pandemi Covid-19, pangsa pasar kopi domestik mengalami penurunan. Ia menuturkan, sebelum pandemi, DKI Jakarta dan Bali menjadi pasar potensial produk kopi asal Pangalengan, Kabupaten Bandung tersebut.
"Saat ini berkurang, beberapa cafe banyak yang tutup karena terdampak pandemi. Sehingga mereka membeli produk secara eceran lewat online," kata Wildan.
Pria yang menggeluti usaha kopi sejak 2012 lalu ini mengaku, terjun di bisnis kopi karena komoditas ini ramah bagi UMKM. Pasalnya, bisa menjalankan usaha dengan modal minim. Bahkan para petani kopi yang hanya memiliki 10 pohon saja, sudah bisa menjual produknya. Artinya, petani yang bermodal rendah sudah bisa bisnis kopi.
"Meracik kopi pun bisa cuma pakai alat dapur seperti panci atau katel di rumah. Sebab, kopi berkualitas hanya membutuhkan air panas dan grinder (penggilingan -red) yang sederhana," jelas Wildan.
Wildan tak pernah berhenti melakukan riset dan menerapkan proses produksi efektif dan efisien demi menghasilkan produk berkualitas, Green Bean Kopi khas tanah Pasundan ini kini telah memiliki 10 varietas.
“Green Bean Kopi yang siap jual diperoleh setelah melalui 5 tahap pengolahan kering dan 11 tahap pengolahan basah, mulai dari pemetikan hingga pengemasan,” ucap Wildan.
Selain mengembangkan usahanya, Frinsa Agrolestari juga membantu petani kopi di Pangalengan Kabupaten Bandung. Salah satunya, dengan memberikan deposit untuk petani. Selanjutnya, petani akan menanam kopi sesuai pesanan. Adapun metode yang digunakan oleh Java Frinsa untuk menarik warga menjadi petani kopi adalah dengan memberikan fasilitas bibit dengan harga murah.
"Mereka (petani kopi) yang mendapat bantuan juga tidak diwajibkan menjual hasil panen kopinya ke Java Frinsa. Jadi, mereka bebas menjual kemana pun," ungkap Wildan.
Menurut lulusan Sarjana Ilmu Tanah dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengaku, kesuksesan usahanya bersama para petani mitra, tidak terlepas dari fasilitas yang diberikan BI Jabar. Ia menilai BI Jabar sangat membantu perusahaannya dalam melakukan promosi juga menemukan jejaring yang luas (networking) dengan mitra binaan UMKM lainnya. Dirinya selalu membuka diri untuk terhubung dengan sesama pengusaha kopi, pemerintah, perbankan hingga petani kopi.
Selain itu, BI Jabar juga membantu dalam pengembangan teknologi pengolahan kopi dengan memberikan bantuan mesin roasting kopi berteknologi tinggi. Hal itu sangat dibutuhkan para mitra petani kopi, karena dalam teknik pengolahan banyak sekali kopi yang rusak akibat menggunakan mesin dengan teknologi lama.
"Jadi BI Impor mesin itu agar kita (UMKM) atau petani mitra kita bisa menggunakan mesin dengan teknologi baru," ujar Wildan.
Selain BI Jabar, kata Wildan, Pemerintah berperan penting dalam pengembangan usaha misalnya dalam melakukan promosi dan pelatihan.
"Saya pernah diajak pameran di Jerman. Nah, kalau saat pandemi seperti sekarang, banyak mengikuti pameran virtual level manca negara," kata Wildan.
Meski demikian, bukan tanpa kendala dalam menjalani bisnis kopi ini. Ia menyebutkan pinjaman modal usaha masih menghambat para pelaku dalam menjalankan bisnisnya. Selain itu, UMKM masih terkendala dengan jaminan pinjaman perbankan.
Namun, kata Wildan, perbankan saat ini sudah memberikan solusi dengan menggulirkan program penundaan cicilan dan menurunkan suku bunga pinjaman termasuk sistem resi gudang.
"Jadi kita berharap ke perbankan bisa nggak kalau jaminan dalam bentuk kontrak?," kata Wildan.
Wildan yang juga Anggota Dewan Pengurus Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI) periode 2018-2021 ini mengatakan persoalan ini pun sudah disampaikan ke perbankan dan sudah diberikan solusi pada tahun ini.
"Alhamdulillah platform pinjaman UMKM tahun ini jumlahnya naik. Cuma tetap mentok kendalanya di pengadaan kontainer. Kalau tidak terlalu sulit, kita bisa ekspor belasan kontainer," kata Wildan.
Wildan pun membagikan kiat suksesnya menjalankan usaha kopi terlebih bisa bertahan di tengah pandemi saat ini. Ia menuturkan, dalam menjalankan usaha harus memiliki kejujuran.
"Misalnya jika ada permintaan produk tapi kita kekurangan modal untuk pengadaannya ya tinggal bilang saja. Ternyata jika dibilang seperti itu mereka memberikan uang muka sampai puluhan ribu dollar untuk penyediaan kopi," ucap Wildan.
Selain itu, Wildan yang juga lulusan Master di Jurusan Management Universitas Padjajaran (Unpad) menambahkan dalam berbisnis harus saling percaya dan saling mendukung untuk keuntungan bersama-sama.
"Kalau kita menggeluti suatu usaha harus bersungguh-sungguh selanjutnya tinggal tawakal dan yakin saja. Pasti Alloh akan memberikan jalan keluar yang terbaik atas kerja keras kita," ungkap Wildan.
Atas kerja kerasnya tersebut, kini Java Frinsa meraup omset Rp12 miliar per tahun dan meraih beberapa penghargaan antara lain Runner-up Indonesian Portrait Country Selection Coffee di Atlanta, tahun 2016 serta Runner up Coffee Auction, Juara ke-3 kategori Best Filter Coffee di Helsinki Coffee Festival 2018, Finlandia dan Kopi Java Frinsa Estate digunakan oleh juara 1 Hungarian Barista Championship 2019.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: