Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wujudkan Ketahanan Pangan Berkelanjutan, Pupuk Indonesia Manfaatkan Teknologi dan Digitalisasi

Wujudkan Ketahanan Pangan Berkelanjutan, Pupuk Indonesia Manfaatkan Teknologi dan Digitalisasi Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan, pemerintah dan para pelaku industri di sektor pertanian melakukan beberapa upaya dengan memanfaatkan teknologi dan digitalisasi. Hal ini juga diungkap oleh Direktur Transformasi Bisnis PT Pupuk Indonesia, Panji Winanteya, dalam sebuah acara virtual.

Ia menyebutkan, tantangan global dan tren masa depan saat ini dihadapi oleh seluruh pelaku di sektor pertanian termasuk Pupuk Indonesia. Beberapa di antaranya adalah peningkatan populasi penduduk dan preferensi konsumen yang menuntut penyediaan jumlah pangan berlipat dengan kualitas tinggi; cuaca ekstrem dan kekeringan berpengaruh pada waktu tanam panen dan penurunan hasil; regenerasi tenaga kerja pertanian lambat karena SDM beralih ke bidang lain-biaya tenaga kerja meningkat; dan penyusutan lahan pertanian yang subur mendorong pemanfaatan lahan kering dan marginal.

Baca Juga: Lakukan Pembangunan Berkelanjutan, Pupuk Kaltim Diganjar Asrrat 2021

"Nah, untuk itu, kita harus merespons, bagaimana caranya pertanian harus lebih presisi prosesnya dari mulai input menggunakan pupuk dengan tingkat efisiensi tinggi sehingga jumlah pupuk yang dibutuhkan juga lebih sedikit, tetapi lebih presisi dengan cara praktis. Hal ini tentunya  menggunakan teknologi," ujarnya, Kamis (18/11/2021).

Ia juga menjelaskan, selain itu, Pupuk Indonesia dalam mewujudkan tantangan global tersebut mencoba untuk menyertifikasi bahan kimia yang mungkin akan berdampak pada karbon atau emisi karbon agar lebih berkurang dan juga run off ke sumber-sumber air. Serta, mencoba mendorong adopsi sistem pertanian yang berkelanjutan sehingga penggunaan input di atas tidak hanya pupuk, tapi juga air dan lain-lain.

"Itu bisa lebih sedikit sehingga menghasilkan sustainability dari lahan tersebut," imbuhnya.

Panji juga menjelaskan, dalam memanfaatkan digitalisasi, Pupuk Indonesia membuat proses panjang dari hulu ke hilir. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana service layanan kepada para petani.

"Kami mencoba investasi dan inovasi di beberapa hal, seperti digitalisasi PIHC mulai dari R&D procurement, operasi dan pemasaran secara end-to-end untuk mewujudkan produk yang sesuai dengan tantangan pertanian ke depan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan," ungkapnya.

Lebih lanjut, Panji menjelaskan, beberapa produk PIHC sebagai upaya menjawab tantangan melalui inovasi produk, yaitu pengembangan produk telah mengarah ke pupuk dengan tingkat efisiensi tinggi maupun produk basis bio sesuai kebutuhan konsumen dengan menerapkan teknologi terkini. Di antaranya adalah:

  • Control release fertilizer, yaitu pupuk lepas terkendali yang dapat mengefektifkan proses penyerapan nutrisi sesuai kebutuhan tanaman;
  • Nano fertilizer, yaitu pupuk yang diproses secara mekanis menjadi partikel nano dengan bahan baku ZnO, DAP, dan dolomite;
  • Pupuk coating inhibitor, yaitu pupuk urea coating inhibitor dengan tingkat efektivitas dan efisiensi pupuk lebih tinggi;
  • Mikroba Fiksasi Nitrogen, yaitu bakteri yang bersimbiosis mengikat nitrogen bebas di udara untuk menyediakan N bagi tanaman;
  • Water-Soluble Fertilizer, yaitu pupuk yang dapat larut 100% di air yang mampu diaplikasikan dengan drip dan sprinkler;
  • Customize fertilizer pupuk yang diformulasikan khusus dengan kadar hara sesuai dengan kebutuhan spesifik jenis tanaman;
  • Advance Bio Fertilizer pupuk hayati dengan mikroba spesifik lahan yang memiliki viabilitas dan adaptibilitas tinggi;
  • Pupuk Coating Mikroba, pupuk yang fungsional mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi produk pupuk.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: