Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemendagri Percepat Smart Governance lewat Komputasi Awan

Kemendagri Percepat Smart Governance lewat Komputasi Awan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Dalam Negeri mempercepat terwujudnya smart governance dengan memanfaatkan komputasi awan, cloud, untuk Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD)  dengan platform Nutanix untuk 542 wilayah pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Selain meningkatkan agility, resiliensi, dan performa sistem mereka, Kemendagri juga dapat mencapai 99 persen dari seluruh target provinsi dalam waktu kurang dari setahun.

“Tata kelola data sangat penting bagi kami dan ada peluang nyata menggunakan data untuk mengambil kebijakan yang lebih cerdas. Sudah jelas bahwa transparansi informasi publik akan meningkatkan kepercayaan publik," ujar Asmawa Tosepu, Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Kemendagri, dalam bincang daring, Kamis (18/11/2021).

Lanjutnya, tata kelola pemerintahan arahnya  membangun pemerintah yang transparan, akuntabel, responsif, efektif dan efisien. Dengan transparansi informasi publik, masyarakat bisa dengan mudah mengetahui seperti apa arah kebijakan pembangunan di daerah-daerah.

Penggunaan platform cloud memudahkan pemangku kepentingan seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta berbagai kementerian dan instansi untuk menarik data secara cepat dan akurat. Lewat platform cloud di inti infrastruktur Teknologi Informasi kini memiliki skalabilitas, platform dengan performa dan kapabilitas yang tinggi untuk mengeksekusi berbagai alur kerja yang lebih besar secara lebih sistematis.

“Agility dan fleksibilitas teknologinya adalah hal-hal yang kami anggap sangat luar biasa. Kombinasi ini meningkatkan kualitas layanan publik yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.”

menurutnya, diwaktu lalu sulit untuk melakukan harmonisasi dengan skema dan metadata yang kapasitasnya sangat besar karena lingkungan terkotak-kotak (silo).

Belanja Teknologi Informasi yang belum saling terhubung ini memakan biaya tinggi hingga Rp12,7 triliun pada periode 2014-2016. Belum lagi standardisasi kode referensi yang berbeda-beda sehingga menyebabkan kurangnya transparansi serta tidak mampu meningkatkan kapasitas secara efektif.

Mengelola 542 wilayah pemerintahan (34 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota) di seluruh Indonesia dalam kondisi skalabilitas yang rendah merupakan hal yang sulit. Team TI kesulitan untuk menangani integrasi data, menjaga uptime dan kualitas layanan publik tetap tinggi. Kemendagri pun mendesak berbagai instansi di bawahnya untuk memastikan interoperabilitas data, dan solusi cloud yang scalable untuk memfasilitasi integrasi perencanaan, budgeting, dan reporting di semua tingkat pemerintah daerah.

Kemendagri bekerjasama dengan platform cloud Nutanix dan mengintegrasikan sistem daring ntara pemerintah pusat dan daerah terkait budgeting, procurement, purchasing, dan audit.

"Kami kini memiliki standarisasi data dan interoperabilitas antar daerah. Reporting dan budgeting sudah kami persingkat secara signifikan dengan pendekatan baru ini," tuturnya.

Asmawa mengatakan, pihaknya membutuhkan platform yang bisa menangani setiap aspek pengumpulan dan manajemen big data untuk meningkatkan performa dan mendukung Satu Data Indonesia. Mereka juga membutuhkan penggunaan teknologi big data yang efektif untuk menganalisa volume, kecepatan, dan jenis data yang terus tumbuh agar bisa memperoleh pengetahuan yang lebih baik ke seluruh wilayah pemerintahan.

Pada September 2020, Peraturan Kemendagri menyatakan SIPD sudah harus dieksekusi. Di awal proyek, proyeksi implementasi diperkirakan butuh waktu lebih lama. Lewat bantuan platform cloud, sistem bisa dijalankan kurang dari 12 bulan, mulai dari pengembangan aplikasi hingga dijalankan sepenuhnya.

Sdmentara itu Fetra Syahbana, Country Manager Nutanix Indonesia mengatakan, Kemendagri saat ini menjalankan Nutanix Cloud Platform yang terdiri dari AHV Hypervisor, Prims Pro, dan Calm. Dalam waktu 12 bulan, mulai dari pengembangan aplikasi hingga beroperasi penuh, Kemendagri mampu mengintegrasikan sistem online antara pemerintah pusat dan kota terkait budgeting, procurement, purchasing, dan auditing.

Selain itu, juga memastikan standardisasi dan interoperabilitas data yang tinggi antardaerah, secara signifikan mempercepat proses reporting dan budgeting, mendapatkan gambaran yang terperinci mengenai kebutuhan anggaran daerah di tiap-tiap instansi pemerintahan, dan mencapai akuntabilitasi yang tinggi dan pengambilan keputusan yang lebih baik.

“Kemendagri dapat menjalankan sistem Nutanix Cloud sepenuhnya hanya dalam waktu kurang dari 12 bulan, dengan mematuhi setiap ketentuan keamanan dan resilensi yang tinggi, zero downtime pada beban kerja e-gov yang sangat penting, 99 % kota yang ditargetkan sudah bergabung, dan 90 % infrastruktur berada di platform Nutanix,” kata Fetra.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi

Bagikan Artikel: