Isu reshuffle kabinet di era pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Ma'ruf Amin kembali mencuat.
Sejumlah menteri dikabarkan akan diganti dengan nama baru. Sejumlah menteri yang bukan berasal dari partai politik pun disebut bakal digeser.
Baca Juga: Prediksi Pasangan Pilpres 2024: Prabowo-Puan VS Anies-Ahy, Begini Skenarionya
Salah satu menteri yang diisukan bakal digeser yaitu Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim.
Pasalnya, kinerja Nadiem Makarim selama menjabat sebagai Mendikbudristek dinilai kurang memuaskan bagi masyarakat.
Menanggapi isu reshuffle kabinet, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun mempertanyakan sikap Presiden Joko Widodo yang dikabarkan akan melakukan reshuffle kabinet.
"Sebenarnya apa yang dicari Presiden Jokowi lagi dengan reshuffle ini? Apakah akomodasi politik lagi, ataukah dia ingin mencari kabinet yang efektif, yang bisa bekerja, yang bisa memberikan legacy terbaik pada tiga tahun masa pemerintahannya?" kata Refly Harun, dikutip dari kanal YouTube Refly Harun pada Sabtu (4/12/2021).
Menurut Refly, apabila reshuffle kabinet kali ini hanya sekadar untuk mengakomodasi politik, maka sama saja dengan mengorbankan profesionalisme.
Ia menilai, hal itu tidak penting karena mayoritas kursi di DPR sudah dikuasai oleh partai-partai politik yang tergabung ke dalam koalisi pemerintah.
"Buat apa Jokowi menarik PAN dalam koalisi pemerintahannya kalau dikaitkan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan? Karena not necessary. Tanpa PAN pun, Jokowi sudah mayoritas di DPR," ujarnya.
Refly mengatakan, bergabungnya PAN ke dalam partai-partai politik koalisi pemerintah justru ada relevansinya dengan presidential threshold. Karenanya, Istana tak butuh lagi menguasai partai oposisi lainnya seperti Partai Demokrat.
Lebih lanjut, ia menerangkan, dengan ditariknya PAN ke dalam koalisi pemerintah, maka tak ada lagi kekuatan oposisi yang memiliki potensi untuk memajukan Capres dan Cawapres pada Pilpres 2024.
Makanya, ia melihat reshuffle kali ini sebagai ajang untuk membagi-bagikan kursi jabatan dibandingkan untuk meninggalkan warisan yang baik.
Baca Juga: Usai Dipimpin Andika Perkasa, TNI Langsung Jadi Institusi yang...
"Dalam konteks ini, saya melihat bahwa reshuffle itu leih menonjol aroma bagi-bagi kursinya ketimbang untuk meninggalkan legacy yang baik, yang cemerlang," tutur Refly.
"Sepertinya, mudah-mudahan saya keliru, Presiden Jokowi lebih keberlangsungan 'kekuasaan rezim', di mana keluarganya sudah ada di sana. Ada Bobby Nasution, ada Gibran, dan mungkin juga Kaesang akan dimajukan," lanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Adrial Akbar
Tag Terkait: