Dalam pernyataannya tersebut, Dudung ingin mengimbau kepada para prajuritnya agar tidak bersikap fanatik pada suatu ajaran agama hingga menumbuhkan pandangan bahwa ajaran agama mereka adalah yang paling benar dan yang lain adalah salah. Ia memberikan statement bahwa di mata Tuhan semesta alam, seluruh agama mengajarkan kebaikan dan semuanya benar bagi masing-masing pemeluknya.
Adapun hal yang mendasari pernyataannya tersebut adalah maraknya fanatisme di media sosial dalam meyakini suatu agama tertentu sehingga timbul fenomena saling menyalahkan satu sama lain antar penganut agama. Ia mengimbau agar prajuritnya bijak dalam menggunakan media sosial, terlebih apabila menyangkut pembahasan soal agama.
"Bijaklah dalam bermain media sosial sesuai dengan aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama. Karena semua agama itu benar di mata tuhan," ujarnya saat itu ketika dirinya masih menjabat sebagai Pangkostrad.
Hal ini pun memantik sejumlah kritik dari sebagian umat Muslim karena pernyataan Dudung tersebut dinilai menyamakan seluruh agama. Menurut pihak MUI contohnya, mereka beranggapan bahwa memang semua agama itu benar bagi masing-masing pemeluknya, namun bukan berarti dapat disamakan. Tugas masyarakat adalah bertoleransi dengan tidak menyalahkan agama lain dan saling menghargai keyakinan masing-masing, namun bukan menyamakan.
Maksudnya, untuk agama Islam misalnya, maka sang ulama haruslah membenarkan ajaran agama yang dianutnya tanpa mengakui kebenaran ajaran agama lain, dengan catatan tidak menyalahkan ajaran agama lain tersebut dan tetap menghargai apa yang diyakini oleh para penganutnya.
Dudung sendir sebenarnya sependapat dengan hal tersebut, karena selanjutnya ia memberikan klarifikasi bahwa apabila ada ulama dalam suatu agama menyebut bahwa semua agama adalah benar, maka ulama tersebut adalah ulama yang salah.
"Saya ini Panglima Kostrad, bukan ulama. Jika ulama mengatakan bahwa semua agama itu benar, berarti ia ulama yang salah," tegasnya.
Adapun yang dimaksudnya tersebut adalah bahwa tidak mungkin seorang ulama suatu ajaran agama mengakui kebenaran ajaran agam lain karena tujuan seorang ulama adalah mengajarkan bahwa agama yang diyakini para jamaahnya adalah benar, namun dengan catatan harus melalui jalur yang baik tanpa menyalahkan ajaran agama lainnya.
Ia juga membeberkan bahwa tujuannya mengatakan hal tersebut di hadapan prajuritnya adalah agar tidak mudah terpengaruh dengan fanatisme berlebihan terhadap suatu ajaran agama karena dapat mengganggu tugas mereka sebagai prajurit. Ia juga menyebut bahwa pernyataannya tersebut sebenarnya berkaitan dengan konsep kebangsaan dan bukan dari ajaran dari salah satu agama.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: