Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tertarik Berinvestasi di Perdagangan Berjangka Komoditi? Ini Saran Lembaga Kliring...

Tertarik Berinvestasi di Perdagangan Berjangka Komoditi? Ini Saran Lembaga Kliring... Kredit Foto: Kliring Berjangka Indonesia (KBI)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perdagangan Berjangka Komoditi merupakan salah satu alternatif investasi yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Instrumen investasi ini memberikan peluang bagi investor untuk bisa mendapatkan profit yang tinggi. Namun, di balik peluang mendapatkan profit, ada risiko yang harus diperhatikan dan dipahami. Untuk itu, yang paling penting bagi masyarakat yang ingin berinvestasi di perdagangan berjangka komoditi sebaiknya memperhatikan risiko atas investasi ini.

Demikian disampaikan oleh Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero), melalui keterangan tertulisnya kepada media, 9 Desember 2021. Secara umum, Fajar menjelaskan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para calon investor sebelum berinvestasi di perdagangan berjangka Komoditi.

Baca Juga: Sinergi Kliring Berjangka Indonesia dan Pegadaian di Ekosistem Pasar Fisik Digital

"Pertama, pelajari latar belakang perusahaan yang memberikan penawaran. Kedua, pelajari tata cara transaksi dan penyelesaian perselisihan. Ketiga, pelajari kontrak berjangka komoditi yang diperdagangkan. Keempat, pantang percaya dengan kentungan yang tinggi dan pasti diperoleh (fixed income)," kata Fajar.

Kelima, lanjut Fajar, pastikan wakil pialang berjangka yang memberikan penawaran adalah pialang resmi yang memiliki izin Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Keenam, pelajari dokumen perjanjiannya. Ketujuh, pelajari risiko atas investasi yang ada.

Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) berdasarkan UU No.32/1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi, yang diamendemen dengan UU No. 10/2011, menyatakan bahwa perdagangan berjangka komoditi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak dan Opsi atas Kontrak Berjangka.

Dalam ekosistem perdagangan berjangka komoditi, KBI merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berperan sebagai Lembaga Kliring Penjaminan dan Penyelesaian Transaksi atas perdagangan berjangka komoditi di Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Futures Exchange (JFX). Dengan peran ini, KBI memastikan bahwa semua transaksi yang ada telah dilakukan sesuai dengan regulasi yang ada.

Sebagai Lembaga Kliring, KBI telah menyiapkan sistem informasi dan transaksi nasabah, yaitu SITNA. Dengan aplikasi ini, investor dapat memantau pergerakan transaksi yang dilakukan secara real time. Saat ini, KBI memiliki 72 anggota yang terdiri dari pialang dan pedagang komoditas berjangka.

Terkait perdagangan berjangka komoditi di JFX, data dari KBI menyebutkan bahwa sepanjang tahun 2021 sampai dengan bulan November, tercatat transaksi sebanyak 8.092.953,1 Lot, yang terdiri dari Transaksi Bilateral sebanyak 6.645.740,1 Lot dan Transaksi Multilateral sebanyak 1.447.213 Lot.  Adapun kontrak yang ada meliputi Loco London, forex, Index, Kontrak Kopi, Kontrak Emas, Kontrak Olien, dan lain-lain.

"Investasi di PBK tentunya bisa menjadi alternatif bagi masyarakat untuk berinvestasi. Industri ini memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia. Namun, dalam hal investasi yang paling penting adalah edukasi sehingga masyarakat dapat secara baik memahami investasi ini. Dengan edukasi yang baik, harapan kami tentunya adalah masyarakat dapat secara nyaman berinvestasi, dan tidak terjebak dalam investasi ilegal," ungkap Fajar Wibhiyadi.

Terkait investasi, Dr Yoyok Prasetyo, pengamat ekonomi dari Universitas Islam Nusantara Bandung sekaligus pengajar di FEBI UIN Sunan Gunung Djati Bandung, mengatakan bahwa investasi apapun pada prinsipnya adalah bagaimana investor memahami tentang risikonya. Untuk itu, masyarakat diharapkan tidak tergiur oleh janji-janji keuntungan yang tinggi saja. Setiap investasi memiliki potensi keuntungan, tetapi juga ada risikonya.

"Untuk itu, sebaiknya investor memperhatikan tingkat risiko yang ada sebelum mempertimbangkan tingkat keuntungan yang dijanjikan. Hal ini karena jika investor hanya fokus pada tingkat keuntungan yang dijanjikan menjadi peluang untuk masuknya penawaran investasi bodong. Dalam hal ini, tentunya menjadi tugas bersama semua pemangku kepentingan dalam hal investasi untuk memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya terkait risiko investasi," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: