Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pengamat Blak-blakan: Kalau Gus Yahya Menang, Kemungkinan NU Bakal Ubah Haluan

Pengamat Blak-blakan: Kalau Gus Yahya Menang, Kemungkinan NU Bakal Ubah Haluan Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada Harlah ke-73 Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), doa bersama untuk keselamatan bangsa dan maulidrrasul di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (27/1/2019). Kegiatan yang diikuti ribuan peserta dari berbagai daerah tersebut mengangkat tema ''Khidmah Muslimat NU, Jaga Aswaja, Teguhkan Bangsa''. | Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi -

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin mengatakan bahwa posisi Ketua Umum PBNU memiliki peran penting untuk menentukan arah organisasi. Terutama dalam hal sikap politik dan peran dalam pemerintahan. 

"Ya tergantung dari nanti siapa yang menang. Kalau misal yang menang dari Pak Said Aqil Siradj. Ya, maka NU tidak akan berubah haluan. Masih akan bersama-sama untuk memback-up keberlangsungan pemerintahan. Keliatannya seperti itu," kata Ujang saat dihubungi, Jumat (10/12/2021). 

Ujang menambahkan, jika Ketua Umum PBNU terpilih adalah Yahya Cholil Staquf, ada kemungkinan NU akan berubah haluan. 

Baca Juga: Mantan Menterinya Pak SBY Blak-blakan Miris dengan Kondisi Rakyat Indonesia saat Ini

"Tapi kalau misal yang menangnya Yahya Staquf itu, bisa jadi NU akan berubah haluan. Bisa jadi NU akan kembali ke khittah, kembali ke tengah, dan itu pertarungan pemilihan ketua umum PBNU juga berpengaruh terhadap kepemimpinan di PKB juga. Oleh karena itu siapa yang menang juga akan menentukan siapa ketua umum PKB ke depan," katanya. 

Namun demikian, posisi Ketua Umum PBNU yang strategis tersebut juga menyisakan dilema. Salah satunya mandegnya regenerasi dan kaderisasi pemimpin muda NU. 

"Jadi sebagai ormas besar, sebagai penyangga pemerintahan dan bargaining position politiknya juga kuat, maka banyak dari tokoh seniornya yang tidak mau turun, banyak yang tidak mau melakukan regenerasi. Ini menurut saya sebuah koreksi yang harus kita lakukan bersama," kata pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia tersebut. 

Ujang juga mengatakan bahwa NU sebagai ormas besar perlu mempertimbangkan aspek lain di luar kekuasaan, khususnya dalam hal regenerasi kepemimpinan. 

"Karena NU bukan hanya berbicara kekuasaan. Kekuasaan penting. Tapi harus berbicara hal yang baik lagi, gitu lho. Kita bicara terkait moralitas, bicara soal peradaban, soal bagaimana membangun islam bukan hanya konteks Indonesia tapi konteksnya dunia gitu," katanya. 

Baca Juga: Bukan Membela, Ahli Jelaskan Mengapa Hukuman Mati kepada Heru Hidayat Adalah Sebuah Hal yang Keliru

Seperti diketahui, salah satu agenda penting dalam Muktamar NU nanti adalah pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2020-2025.

Dari belasan nama kandidat yang muncul, saat ini hanya ada dua nama yang cukup kuat, yakni KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dan sang petahana KH Said Aqil Siroj (Kiai Said) yang telah resmi mendeklarasikan diri sebagai calon ketua umum PBNU. Konon, kekuatan pengaruh Kiai Said dan Gus Yahya di akar rumput belum dapat tertandingi oleh nama-nama lainnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: