Sementara, Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, poros Islam yang tengah diwacanakan PKB dengan mengajak PPP, PAN dan partai di luar kelompok besar, sekadar penjajakan.
“Poros Islam ini masih mentah dan belum mengkristal,” kata Karyono kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Baca Juga: PKB Ingin Buat Poros Baru di Pilpres, PAN Langsung Bilang Begini
Menurut Karyono, poros ini bukan barang baru. Satu-satunya yang pernah terjadi adalah pada Pemilu 1999 yang disebut dengan Poros Tengah. Tentu saja, kondisi, nuansa sosial dan peta politiknya amat berbeda dan memungkinkannya lahir. Namun, pada Pemilu setelahnya, wacana PKB hanya gimmick.
Beberapa kali PKB melontarkan wacana ini, namun tak pernah terbentuk. Pada akhirnya, PKB hanya menjadi pengusung calon presiden dari poros besar yang ada. Alias cuma ikut numpang di koalisi pemerintahan.
Karyono menilai, soal manuver mengusung Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya target tertinggi. Dia menduga, target sebenarnya adalah tetap di pemerintahan koalisi yang menang.
“Lalu, apakah dalam Pilpres 2024 PKB sukses membangun poros ketiga dan menjadi Capres atau Cawapres? Tergantung peta politik dua tahun terakhir ini,” ujarnya.
Dalam perhitungannya, pertarungan bisa menjadi tiga atau lebih poros pada Pemilu 2024, termasuk poros Islam. Pertama, tentu jika Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan pembatalan presidential threshold 20 persen.
Meski presidential threshold 20 persen berlaku, skenario tiga poros juga masih bisa terjadi. Yakni poros rezim, poros kontra rezim, dan poros ketiga yang diinisiasi PKB. Untuk poros ketiga ini, syarat berikutnya adalah adanya sosok yang elektabilitasnya tinggi sebagai capres.
Baca Juga: PKB Buka Wacana Poros Baru di 2024, PKB dan PPP Sudah Disebut-sebut, PKS Bersuara: Masih Jauh!
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Adrial Akbar