Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dilanda Topan Rai, Penjarahan Mengintai Filipina

Dilanda Topan Rai, Penjarahan Mengintai Filipina Kredit Foto: Unsplash/Sam Balye
Warta Ekonomi, Manila -

Gubernur Provinsi Bohol di Filipina, Arthur Yap, meminta pemerintah pusat segera mengirimkan bantuan. Ia mengaku, dana darurat telah menipis sehingga ia tak sanggup menyediakan kebutuhan beras dan pangan lain. Sebanyak 1,2 juta orang di wilayahnya juga terputus dari aliran listrik dan layanan telepon seluler.

Yap berterima kasih atas kunjungan Presiden Filipina Rodrigo Duterte ke wilayahnya, akhir pekan lalu. Namun, ia mengingatkan ancaman penjarahan.

Baca Juga: Gak Tanggung-tanggung! Palang Merah Singapura Sumbangkan 100 Ribu Dolar buat Malaysia dan Filipina

"Jika Anda tak segera mengirimkan uang untuk membeli makanan, mungkin Anda harus mengirimkan tentara dan polisi, karena jika tidak, maka penjarahan akan terjadi," kata Yap saat diwawancara radio DZBB, Selasa (21/12).

Saat berita ini ditulis, Selasa, korban meninggal akibat topan Rai di Filipina mencapai 392 orang. Topan Rai menyapu pada kecepatan hingga 195 kilometer per jam pada 16 Desember. Angin melambat lalu mengarah ke Laut Cina Selatan.

Sejumlah penjarahan kecil-kecilan telah terjadi. Namun, kata Yap, aksi itu bisa kian parah jika orang dibiarkan berputus asa. Orang tidak bisa menarik uang dari bank karena tidak ada koneksi telepon seluler dan listrik. Sedangkan kelangkaan bahan bakar dan air bersih menyebabkan antre panjang.

Lebih sering hujan

Pakar lingkungan Renard Siew menyatakan, banjir akibat hujan deras di Malaysia selama akhir pekan mengungkap realitas pola cuaca ekstrem. Kondisi ini disebabkan oleh perubahan iklim. Kejadian seperti itu yang diperkirakan akan terjadi lebih sering di masa depan.

Siew mengatakan, banjir yang melanda beberapa negara bagian, termasuk Selangor, Negeri Sembilan, Kelantan, Pahang, Melaka, dan Terengganu pada 17-18 Desember adalah contoh nyata dari peristiwa cuaca yang tidak dapat diprediksi. Ini terjadi akibat emisi karbon yang tinggi.

"Ketika kita memompa karbon dioksida ke atmosfer, apa yang cenderung yang terjadi adalah ini menciptakan efek perembesan global di mana gas rumah kaca memerangkap panas dan di bawah kondisi yang lebih hangat, atmosfer kita mampu menampung lebih banyak uap dan kelembapan," kata penasihat perubahan iklim di Centre for Governance and Politial Studies (Cent-GPS) ini, dikutip dari CNA, Selasa.

Menurut Siew, kondisi itu memiliki efek akumulasi. Dampak jangka panjangnya adalah mengalami hujan tiba-tiba di daerah tertentu dan yang terjadi banjir di Malaysia dalam beberapa hari terakhir.

"Menjadi lebih sulit bagi ahli iklim untuk memprediksi cuaca dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi karena fenomena perubahan iklim," kata Siew.

Pernyataan itu pun didukung dosen lingkungan hidup Universiti Putra Malaysia Haliza Abdul Rahman. Dia mencatat bahwa akhir-akhir ini terjadi peningkatan kejadian banjir di Malaysia negara lain, di antaranya adalah Cina, Jerman, dan Turki.

"Banjir telah disebut sebagai peristiwa sekali dalam seratus tahun. Namun, mungkin, lebih banyak insiden seperti itu akan berulang di tahun-tahun mendatang," katanya.

Hujan lebat selama tiga hari menyebabkan sejumlah wilayah Malaysia dilanda banjir. Sekurangnya delapan orang dilaporkan meninggal dunia akibat banjir.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: