Kelompok pemberontak Houthi Yaman pada Senin (17/1/2022) mengakui bahwa mereka telah menyerang lokasi-lokasi tertentu di Uni Emirat Arab.
Pihak berwenang di Uni Emirat Arab mengatakan tiga truk bahan bakar meledak dan kebakaran terjadi di sebuah lokasi konstruksi di dekat Bandara Internasional Abu Dhabi.
Baca Juga: Hantaman Drone Houthi ke UEA Bangunkan Harimau Tidur, Koalisi Pimpinan Arab Saudi Lakukan...
Serangan itu menewaskan tiga orang dan melukai enam lainnya akibat operasi rudal dan drone. Mereka yang tewas dilaporkan, termasuk dua warga India dan seorang Pakistan. Serangan itu dikutuk oleh banyak negara Arab serta Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Juru bicara Houthi Yahya Saree mengatakan operasi itu diberi nama sandi "Badai Yaman" dan diluncurkan sebagai respons atas "serangan AS-Saudi-Emirat" di Yaman. Saree menambahkan Houthi menargetkan bandara Abu Dhabi dan Dubai, kilang minyak di daerah Mussafah di Abu Dhabi.
Houthi juga menyasar "sejumlah situs dan fasilitas Emirat yang penting dan sensitif" dengan menggunakan lima rudal balistik serta sejumlah besar drone. Dia juga meminta perusahaan asing, warga negara dan penduduk untuk menghindari situs dan fasilitas penting di UEA demi keselamatan mereka karena Houthi memperingatkan akan lebih banyak serangan.
UEA dalam sebuah pernyataan mengatakan pihaknya berhak menanggapi serangan itu dan bersumpah bahwa serangan semacam itu tidak akan dibiarkan begitu saja. Kantor berita Saudi SPA mengutip sebuah pernyataan oleh Koalisi Arab yang dipimpin Saudi pada Senin malam yang mengkonfirmasi penargetan para pemimpin Houthi di Sanaa utara. Namun, pernyataan itu tidak mengungkapkan rincian angka yang ditargetkan.
Yaman telah dilanda kekerasan dan ketidakstabilan sejak 2014, ketika pemberontak Houthi menguasai sebagian besar negara itu, termasuk ibu kota Sanaa. Koalisi yang dipimpin Saudi yang bertujuan untuk mengembalikan pemerintah Yaman telah memperburuk situasi, menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Hampir 80 persen atau sekitar 30 juta orang membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan dan lebih dari 13 juta dalam bahaya kelaparan, menurut perkiraan PBB.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: