Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Yang Lama Berkonotasi Jelek, Turki Siap Ganti Nama Negara Menjadi Ini

Yang Lama Berkonotasi Jelek, Turki Siap Ganti Nama Negara Menjadi Ini Kredit Foto: Reuters

Seorang sejarawan Turki, yang berbicara secara anonim karena afiliasinya dengan sebuah lembaga publik, mengatakan, tidak ada upaya di masa lalu untuk mengubah nama negara itu. Dia mengatakan, ada beberapa kritik di media tentang bagaimana orang Barat mendefinisikan Turki dengan seekor burung pada 1930-an.

“Tetapi belum ada inisiatif resmi untuk melakukan sesuatu tentang hal itu, karena namanya telah sama selama berabad-abad di Eropa, jauh sebelum runtuhnya Kekaisaran Ottoman, orang Italia menyebut daerah itu Turki," ujar sejarawan tersebut.

Profesor bahasa Roman di Universitas Columbia, Mario Pei, menjelaskan dua teori bagaimana burung Turki dikaitkan dengan negara Turki. Dia mengatakan, teori pertama yaitu para pedagang, kebanyakan dari Istanbul, mengirim burung itu ke Inggris dari Amerika pada 1500-an.  Inggris menyebutnya sebagai "coq Turki" karena dijual dari Turki.  

Pada saat itu, ada kebiasaan menghubungkan apa pun yang melewati Turki atau pedagang Turki dengan "Turki".  Misalnya, karpet Persia disebut karpet Turki dan tepung India disebut tepung Turki.

Kemudian Pei mengatakan, teori kedua yaitu orang Eropa memiliki unggas liar yang kerap mereka konsumsi dan berasal dari Guinea di Afrika Barat melalui pedagang Turki.  Unggas tersebut dijuluki “Turkey coq” karena diperdagangkan melalui Istanbul, yang saat itu bernama Konstantinopel.

"Jadi ketika pemukim Inggris tiba di Teluk Massachusetts dan menemukan unggas hutan Amerika pertama dengan karakteristik berbeda dari ukuran yang lebih besar, mereka masih menyebutnya kalkun," ujar Pei.

Buang waktu

Pensiunan Duta Besar Unal Cevikoz, yang merupakan seorang anggota parlemen dan anggota senior partai oposisi utama Turki CHP, mengatakan, hubungan antara negara Turki dengan seekor burung tidak perlu dipermasalahkan.

Menurutnya, perubahan nama resmi dari Turki menjadi Türkiye hanya membuang waktu. Cevikoz berpendapat bahwa setiap negara memiliki nama sendiri yang digunakan secara lokal.

 “Yunani menyebut dirinya Hellas.  Armenia adalah Hayastan. Swiss adalah Helvetica. Tapi tidak ada dari mereka yang mencoba mengubah nama mereka dalam bahasa Inggris," ujar Cevikoz.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: