Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus mendorong inovasi pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim.
Sebab sektor pertanian saat ini dihadapkan dengan berbagai tantangan yang menjadi ancaman bagi upaya peningkatan produksi pertanian.
Tantangan itu adalah sumber daya lahan dan air yang semakin terbatas, serta adanya fenomena perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu, munculnya iklim ekstrim serta terjadinya pergeseran pola musim dan curah hujan.
Syahrul menyatakan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) harus bisa membaca perubahan iklim dan beradaptasi dengannya. Bentuk adaptasi itu ditunjukkan dengan menghasilkan varietas benih unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim.
“Kita harus terus mendorong inovasi untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Seperti bagaimana menghasilkan varietas yang tahan kering sampai tahan rendam, ataupun varietas yang bisa ditanam di lahan kering atau lahan rawa,” Kata Syahrul dalam pengukuhan Fadjry Djufry sebagai Profesor Riset Kementerian Pertanian, di Bogor, kemarin.
Sementara itu Fadjry pada orasinya memaparkan tentang pertanian cerdas iklim inovatif yang berbasis teknologi budidaya adaptif.
Ia menawarkan konsep Pertanian Cerdas Iklim Inovatif (PCII) yang merupakan pengembangan dari Climate Smart Agriculture yang dicetuskan FAO pada tahun 2013. Konsep ini kata dia sebagai solusi yang bisa digunakan dalam menghadapi perubahan iklim.
“PCII disesuaikan dengan tantangan riil kondisi pertanian Indonesia saat ini, perkiraan keadaan ke depan, serta diperkaya dengan berbagai inovasi teknologi budidaya hasil penelitian di berbagai lokasi dan agroekosistem Indonesia, dan didukung Sistem Informasi Iklim dan Tanaman (SICIT)” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: