Menurutnya, dibandingkan dengan kondisi saat krisis Taper Tantrum pada 2013, sebagian besar negara berkembang di Asia sekarang memiliki fundamental dan kekuatan kelembagaan yang lebih baik.
"Hal ini akan membantu mereka (Negara Berkembang) mengatasi kondisi keuangan global yang semakin ketat menyusul adanya normalisasi kebijakan moneter negara maju," ujarnya dalam acara Presidensi G20 Annual Investment Forum 2022: International Seminar on Exit Strategy, Sabtu, (29/01).
Lebih lanjut, ia menyampaikan otoritas keuangan di negara berkembang juga secara umum telah melakukan pekerjaan yang baik untuk memastikan stabilitas keuangan domestik dan stabilitas eksternal melalui penerapan kebijakan moneter, makroprudensial, dan intervensi foreign exchange secara bersama-sama.
"Untuk menangani aliran modal dan volatilitas foreign exchange, penting bagi negara-negara maju untuk memantau perkembangan foreign exchange dan harga aset, tanda-tanda ketegangan di pendanaan dolar serta harga komoditas di tengah keluarnya kebijakan moneter negara ekonomi maju," imbuhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: