Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rusia dan Amerika Saling Tuding di KTT Dewan Keamanan PBB, Tuduhannya Ngeri!

Rusia dan Amerika Saling Tuding di KTT Dewan Keamanan PBB, Tuduhannya Ngeri! Kredit Foto: AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Warta Ekonomi, Kiev, Ukraina -

Rusia dan Amerika Serikat saling tuding pada Senin (31/1/2022) ketika Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan tentang penambahan pasukan Moskow di perbatasan dengan Ukraina.

Washington mengatakan, pengerahan pasukan Rusia adalah "ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional," sementara juru bicara Kremlin menyebut KTT PBB sebagai "aksi publisitas" dan menuduh Gedung Putih menciptakan "histeria."

Baca Juga: Pesan Mendesak Menteri Luar Negeri Ukraina, Rusia Harap Mendengar!

AS menuding bahwa Rusia berencana untuk meningkatkan kehadiran pasukannya di Belarus menjadi 30 ribu personel dalam beberapa minggu mendatang, untuk menambah 100 ribu prajurit yang telah dipindahkan di dekat perbatasan Ukraina-Rusia.

Namun, Belarus membantah, penambahan pasukan itu digunakan sebagai tempat pementasan untuk invasi Rusia ke Ukraina.

Dalam pertemuan tersebut, Amerika Serikat berhasil meyakinkan 10 dari 15 anggota dewan keamanan untuk mendukung pertemuan publik dan menggagalkan upaya Rusia menginvasi Ukraina.

Namun, segala tindakan formal yang dilakukan Dewan Keamanan dianggap sangat tidak mungkin, mengingat hak veto Rusia dan hubungannya dengan negara lain di dewan, termasuk Cina, yang telah mendukung upaya Moskow untuk memblokir pertemuan terbuka.

"Ini benar-benar waktu yang tepat untuk menyerukan diplomasi yang tenang," kata utusan Beijing untuk PBB Zhang Jun.

Saling tuding

Selama lebih dari dua jam, AS dan Rusia melontarkan kata-kata panas, dengan utusan Moskow Vassily Nebenzia menuduh AS memasang "Nazi murni" ke dalam kekuasaan di Kiev.

Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield membalas, kekuatan militer Rusia yang tumbuh lebih dari 100 ribu tentara di sepanjang perbatasan Ukraina adalah "mobilisasi terbesar" di Eropa dalam beberapa dekade, dan menambahkan telah terjadi lonjakan serangan siber dan disinformasi Rusia.

"Mereka berusaha, tanpa dasar faktual apa pun, untuk menggambarkan Ukraina dan negara-negara Barat sebagai agresor membuat dalih untuk menyerang," katanya.

Nebenzia kemudian menuduh Barat munafik, dengan mengatakan: "Rekan-rekan Barat kami berbicara tentang perlunya deeskalasi. Namun, pertama dan terutama, mereka sendiri mengobarkan ketegangan dan retorika, serta memprovokasi eskalasi."

"Ancaman agresi di perbatasan Ukraina ... provokatif. Pengakuan kami atas fakta di lapangan tidak provokatif," kata Thomas-Greenfield.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: