Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Studi IFG Progress Usulkan Evaluasi dan Revisi Struktur Biaya Produk Unit Link

Studi IFG Progress Usulkan Evaluasi dan Revisi Struktur Biaya Produk Unit Link Kredit Foto: Freepik
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rendahnya pemahaman risiko investasi dan tingginya struktur biaya merupakan tantangan utama yang harus ditangani agar produk unit link tetap relevan, sebagaimana hasil studi lembaga riset industri jasa keuangan di Indonesia, IFG Progress, yang baru-baru ini merilis laporan Kinerja Asuransi Jiwa Indonesia di Era Covid-19. Studi baru yang berjudul "Unit Link 101" ini mengupas fitur fundamental dari produk unit link, serta perkembangannya di Indonesia.

Sebagaimana dikutip dari website Otoritas Jasa Keuangan (OJK), unit link adalah jenis asuransi yang mengombinasikan asuransi permanen (whole life) dengan produk investasi. Dengan kata lain, unit link adalah gabungan antara proteksi sebagaimana umumnya produk asuransi sekaligus juga produk investasi.

Baca Juga: Polemik Tak Kunjung Usai, Ini Hal-hal yang Perlu Dipahami Soal Asuransi Unit Link

"Setelah mengkaji sejumlah produk unit link yang ditawarkan oleh beberapa perusahaan asuransi jiwa di Indonesia, kami menilai perlunya evaluasi dan revisi struktur biaya dari produk unit link. Analisis kami menunjukkan, kinerja porsi investasi dari produk unit link hingga lima tahun belakangan relatif di bawah performa benchmark Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indonesia Composite Bond Index (ICBI)," ujar Head of IFG Progress, Reza Siregar, dikutip dari siaran pers tertulis di Jakarta, Sabtu (5/2/2022).

Apabila tren ini berlanjut, tambah Reza, nasabah bisa jadi lebih memilih produk tradisional asuransi dan produk investasi secara terpisah, dan bukan dalam bentuk unit link. Hal ini terjadi karena selain biaya akuisisi dan biaya regular pada produk asuransi unit link, terdapat biaya-biaya lain seperti biaya pengelolaan investasi, top-up (isi ulang) premi, pengalihan dana investasi, dan lain sebagainya.

Besarnya biaya pengelolaan investasi juga bervariasi tergantung pada jenis unit link yang dipilih nasabah. Makin tinggi risiko yang diambil, maka akan makin besar biaya pengelolaan investasi. Dalam hal ini, biaya paling besar ada pada jenis investasi dalam bentuk saham, yaitu mencapai 2% hingga 3% per tahun dari total portofolio.

Untuk top-up premi minimum umumnya sekitar Rp1.000.000 per transaksi dengan biaya sebesar 3% hingga 5% per transaksi. Biaya pengalihan dana investasi pada umumnya gratis di tahun pertama, tetapi untuk tahun-tahun selanjutnya akan dikenakan biaya 1% dari total nilai akun atau minimal Rp25.000–Rp100.000 per transaksi.

Produk unit link merupakan salah satu produk yang diandalkan dan berkontribusi besar bagi industri asuransi jiwa. Pada tahun 2020, CEIC mencatat jumlah pemegang polis individual asuransi unit link tercatat sebanyak 5,9 juta jiwa atau sekitar 38% dari total polis individual asuransi jiwa secara keseluruhan. Sementara itu, jumlah pendapatan premi dari produk unit link per tahun 2020 tercatat oleh AAJI sebesar Rp77,6 triliun atau menyumbang sekitar 45% terhadap total pendapatan premi asuransi jiwa secara keseluruhan.

Namun demikian, pengaduan akan unit link terus meningkat dari tahun ke tahun dengan total pengaduan yang diterima OJK di tahun 2020 sejumlah 593 aduan, meningkat dari tahun 2019 yang sejumlah 230 aduan. OJK mencatat adanya 273 aduan sepanjang kuartal I 2021 yang sebagian besar dilatarbelakangi mis-selling oleh agen asuransi: pemberian penjelasan terhadap produk tidak sesuai dengan detail yang sebenarnya.

Mengingat tren pengaduan yang terus tinggi, besarnya minat pasar pada produk unit link ini harus diimbangi dengan pengembangan dan perbaikan pada unit link secara keseluruhan baik dari aspek regulasi, kinerja perusahaan asuransi, maupun dari penguatan edukasi industri terhadap produk asuransi ini.

Untuk itu, laporan "Unit Link 101" juga memaparkan beberapa risiko yang perlu diketahui nasabah terkait investasi unit link beserta jenis dan karakteristiknya, di antaranya adalah risiko asuransi, risiko investasi, risiko likuiditas, dan risiko operasional. Laporan ini juga merangkum karakteristik dari setiap industri dapat menjadi pedoman bagi nasabah dalam menentukan unit link yang akan dipilih sesuai dengan profil risiko mereka. Pemahaman ini akan mencegah asymmetric information dari produk unit-link ini.

"Informasi dan pemahaman mengenai struktur biaya, potensi risiko, dan hasil investasi wajib dijelaskan oleh pihak insurance agent dan dipahami oleh calon pemegang polis unit link. Kami melihat pentingnya peningkatan standar dan pengetatan proses kualifikasi untuk dapat menjadi bagian dari unit atau agen pemasaran dari produk asuransi dan unit link. Pengawasan secara berkala pada kinerja produk unit link dan evaluasi dari kebijakan yang ada juga menjadi bagian penting dari pengembangan produk unit link secara spesifik dan industri asuransi jiwa pada umumnya," pungkas Reza.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: