Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Emmanuel Macron Jadi Kandidat Terkuat untuk Pilpres Prancis Mendatang

Emmanuel Macron Jadi Kandidat Terkuat untuk Pilpres Prancis Mendatang Kredit Foto: Antara/Ludovic Marin/Pool via REUTERS
Warta Ekonomi, Paris -

Presiden Prancis Emmanuel Macron belum mengumumkan pencalonan dirinya untuk pemilihan presiden April mendatang. Namun, lawan-lawan politiknya sibuk saling bersaing di kandang sendiri.

Presiden Emmanuel Macron pada hari Rabu (9/2/2022) menerima dukungan baru yang makin memuluskan jalannya untuk terpilih kembali.

Baca Juga: Ketika Emmanuel Macron Sangat Yakin Ekskalasi Krisis Rusia dan Ukraina Bisa Turun

Salah satu tokoh politik dari sayap kanan menyatakan dia akan mendukung sang petahana. Pengumuman Eric Woerth, menteri tenaga kerja dan juga menteri keuangan di masa pemerintahan Nicolas Sarkozy, adalah pukulan baru bagi kandidat presiden Partai Republik LR, Valerie Pecresse, salah satu pesaing terdepan Macron.

Tidak heran, Ketua LR Christian Jacob menyatakan "kekecewaan" atas pernyataan Eric Woerth.

Jajak pendapat terbaru oleh lembaga Elabe yang dirilis hari Rabu (09/02) menunjukkan dukungan terhadap Valerie Pecresse turun satu poin menjadi 15 persen, sedangkan Emmanuel Macron tetap solid dengan 26 persen.

Padahal Valerie Pecresse masih harus berebut panggung dengan tokoh ultra kanan yang pernah berkibar seperti Marine Le Pen dan Eric Zemmour.

Sementara pemimpin kubu kiri Jean-Luc Melenchon dalam jajak pendapat hanya mendapat 10 persen suara, dan wali kota Paris dari kubu Sosialis, Anne Hidalgo, bahkan hanya bertengger di 1,5 persen.

Pandemi dan konflik Rusia-Ukraina menguntungkan Macron Emmanuel Macron sendiri menyatakan dia masih terlalu sibuk dengan COVID-19 dan upaya mencegah perang antara Rusia dan Ukraina, sehingga belum secara resmi menyatakan pencalonannya untuk pemilihan putaran pertama pada 10 April 2022.

Sejauh ini kalangan pengamat yakin Macron tidak akan kesulitan untuk muncul sebagai pemenang di putaran pertama dengan sedikitnya 25 persen suara, dan dia kemudian akan mengalahkan saingan mana pun di putaran kedua, dua minggu setelahnya.

Sementara kandidat ultra kanan Marine Le Pen dan Eric Zemmour telah menghabiskan lebih banyak energi untuk saling bertikai, peluang kubu kiri malah makin kecil lagi karena ada lima kandidat yang ingin maju, dari kubu sosialis, kubu komunis, hingga kubu partai hijau.

Gaspard Estrada, ilmuwan politik di Sciences Po University dan spesialis dalam kampanye politik, menilai lambatnya deklarasi pencalonan Macron adalah strategi untuk "menjaga jarak dengan lawan-lawannya".

Untuk saat ini, "kami tidak melihat tren yang membahayakan presiden dalam jajak pendapat," katanya kepada kantor berita Prancis, AFP.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: