Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Raksasa Media Amerika Diacak-acak Peretas, Hidung China Ditunjuk

Raksasa Media Amerika Diacak-acak Peretas, Hidung China Ditunjuk Kredit Foto: Reuters/Kacper Pempel
Warta Ekonomi, Washington -

Raksasa media  AS (Amerika Serikat) menjadi sasaran serangan siber. Dokumen dan email milik  para karyawan dan jurnalisnya diacak-acak peretas.

Perusahaan media yang diserang itu adalah News Corp yang menaungi nama besar seperti The Wall Street Journal dan The New York Post.

Baca Juga: Kegilaan Berlanjut, Rusia Pukul Laporan Media Amerika Soal Invasi Ukraina dalam Hitungan Hari

Para karyawan dikatakan menjadi sasaran dari  kegiatan serangan yang disponsori negara secara terus menerus.

“Pada 20 Januari, News Corp menemukan serangan terhadap sebuah sistem yang digunakan oleh beberapa unit bisnis kita,” demikian ditulis oleh David Kline, kepala teknologi News Corp, dalam sebuah email kepada karyawannya.

Setelah berhasil diidentifikasi, News Corp menggelar  penyelidikan dengan bantuan Mandiant, sebuah perusahaan keamanan siber. 

Perusahaan itu juga telah melaporkan kepada penegak hukum setempat mengenai serangan siber itu.

Selain mengacak-acak email milik karyawan, serangan tersebut juga mengganggu unit-unit perusahaan seperti News Technology Services, Dow Jones, News UK, dan New York Post.

Kline mengatakan bahwa analisis awal menyebutkan serangan itu melibatkan pemerintahan asing. Peretas juga berhasil mencuri beberapa data.

“Kami tidak akan mentolerir serangan terhadap jurnalisme kita, dan tidak akan gentar dan terus melakukan karya pelaporan kami,” tegas dia.

Sementara itu,  Dave Wong selaku perwakilan dari Mediant menyebut bahwa para peretas itu memiliki hubungan dengan Chin

“Kami yakin mereka kemungkinan terlibat dalam kegiatan mata-mata untuk mengumpulkan intelijen yang bermanfaat untuk kepentingan China,”  katanya dalam email yang dikirim kepada VOA.

Kecurigaan Wong ini mirip dengan kecurigaan kelompok-kelompok HAM yang juga menghadap peningkatan dalam serangan siber yang berasal dari pemerintahan asing, yang mereka duga memiliki keterkaitan dengan China.

Sementara Liu Pengyu, juru bicara untuk Kedutaan China di AS membantah tudingan itu. 

“Alih-alih ketimbang membuat tuduhan yang didasarkan pada spekulasi, dia berharap terdapat pendekatan profesional, bertanggung jawab, dan berbasis bukti untuk mengidentifikasi serangan siber ini,” katanya dalam email kepada VOA.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: