Kisruh di Desa Wadas Dinilai Buat Prabowo Ketiban Untung Soal Elektabilitas di Pilpres 2024
Pengamat politik, Ray Rangkuti menilai elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2024 akan meningkat seiring dengan terjadinya konflik di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Ray memprediksi elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo akan mengalami stagnan sekitar enam sampai delapan bulan akibat adanya konflik di Desa Wadas.
"Saya merasa bahwa peristiwa Wadas itu setidaknya kalau tidak membuat elektabilitas Pak Ganjar menurun ia berimplikasi pada tertahannya elektabilitas yang bersangkutan. Saya kira tren naik akan sulit didorong oleh Pak Ganjar, meskipun tidak menurun," ujar Ray dalam diskusi virtual bertajuk "Kontestasi Politik pada Kekuatan Elektabilitas Individu Atau Parpol Menjelang Pilpres 2024", Jumat (11/2/2022).
Keuntungan justru diprediksi mengalir kepada Prabowo Subianto. Ray mengatakan pemilih Ganjar akan merapat ke Prabowo.
Baca Juga: Ya Ampun... Insiden Desa Wadas Dinilai Berdampak untuk Pilpres 2024, Ganjar Pranowo Sudah Game Over?
"Ke siapa pemilih akan berlabuh? Kalau kita sodorkan lagi tentu mengambil haisl dari lembaga survei. Saya pikir setidaknya ada 3 atau 4 nama di luar Pak Ganjar yang cukup tinggi. Pertama, pesaing utama Pak Ganjar dalam elektabilitas, Pak Prabowo," ujar Ray.
Selain Prabowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menteri BUMN Erick Thohir hingga Menparekraf Sandiaga Uno mendapat keuntungan yang sama.
"Di bawah itu ada Pak Anies Baswedan yang kalau kita lagi baca semua di angka 15 persen. Di bawahnya masih ada Ridwan Kamil, ada juga Pak Erick Thohir yang mulai meranjak juga. Pak Sandiaga juga trennya meningkat. Itu yang saya sebut di luar Pak Ganjar ada 3 atau 4 nama yang berpotensi merauk elektabilitas akibat kemandekan suara Pak Ganjar," ujarnya.
Lebih Lanjut, Ray memaparkan bahwa berdasarkan karakteristik pemilih Ganjar, ada dua nama yang potensial meraih ceruk pendukung secara signifikan, yaitu Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
"Kalau dilihat karakteristik dari pemilihnya Pak Ganjar, umumnya kan kelompok nasionalis. Dan kalaupun kelompok agamawan, agamawannya yang bersifat moderat. Yang istilah saya sebagai kelompok politik Islam, bukan Islam politik," katanya.
Meskipun demikian, kelompok politik islam menurut Ray masih akan sulit menjatuhkan pilihan kepada Prabowo.
"Politik Islam ini pun agak menahan diri untuk buru-buru masuk ke Pak Prabowo karena bagaimanapun di lingkungan Pak Prabowo masih tersedia kelompok yang mendukung dari Islam politik. Secara ide dan isu sulit menyatukan dua kelompok ini," tuturnya.
Demikian pula dengan Anies Baswedan, menurutnya sekalipun ada kemungkinan dukungan mengarah kepadanya, tetapi kelompok politik Islam masih akan sulit menjatuhkan pilihan.
Baca Juga: Curhatan Puan Maharani Berbuntut Panjang, Pengamat: Minta Disambut Seolah Dia Presiden!
"Figur yang lain adalah ke Pak Anies Baswedan. Itupun bahkan bacaan saya, Anies juga tidak akan mengalami signifikan kenaikan. Lagi-lagi karena hampir sama dengan Pak Prabowo. Bahkan di grupnya Pak Anies lebih kuat Islam politiknya yang mengakibatkan baik kelompok nasionalis maupun politik Islam, betul-betul harus berpikir ketat untuk jatuhkan pilihan pada Bung Anies. Apalagi selama ini langkah-langkah Bung Anies belum terlihat di arah tengah. Masih tetap di kanan, bahkan kanan sekali," tandas Ray.[]
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto