Ia mengungkapkan hingga 2030 mendatang PLN akan menggantikan PLTD yang ada di Indonesia menjadi PLT EBT Base Load. Dengan kata lain, PLTD yang ada akan digantikan menggunakan PLTS namun dengan dukungan baterai sehingga listrik bisa 24 menyala di masyarakat.
"Tantangannya saat ini memang harga baterai untuk mendampingi PLTS-nya masih mahal. Maka dalam bidding yang saat ini dibuka, kami mencari inovasi teknologi sehingga bisa menekan harga BPP dari PLTS combain dengan baterai ini," ujar dalam diskusi virtual dikutip Selasa (8/2/2022).
Evy melanjutkan, ada kebutuhan Pembangkit EBT Base Load mencapai 1,1 GW hingga 2030 mendatang. Total kapasitas ini diprediksi mampu menghasilkan energi listrik sebesar 7,7 TWh per tahun.
Selain itu, ia menargetkan pembangkit EBT dengan total kapasitas 648 megawatt (MW) bakal beroperasi pada tahun 2022. Target tersebut merupakan bentuk upaya PLN untuk mempercepat transisi energi dan mengurangi emisi karbon yang menjadi salah satu agenda penting dalam pertemuan G20 di Indonesia.
"Untuk tahun ini, kami menargetkan penambahan kapasitas terpasang pembangkit EBT mencapai 648 MW, terdiri dari pembangkit tenaga surya, air, panas bumi, angin hingga sampah," ujar Evy dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (9/2/2022).
Evy mengatakan, pada tahun ini akan ada pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang beroperasi sebesar 108 MW dan tambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas 53 MW
Sementara, pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) bakal bertambah 154 MW dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 287 MW, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) sebesar 2 MW, dan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) sebesar 43 MW.
Evy melanjutkan, berdasarkan sebarannya, regional Jawa, Madura, dan Bali mendominasi bauran pembangkit EBT dengan total kapasitas terpasang saat ini mencapai 9,6 gigawatt (GW).
"Sementara, Sumatera saat ini sudah mempunyai kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 5,2 GW. Kalimantan kapasitas terpasang pembangkit EBT mencapai 1,7 GW. Sulawesi mempunyai 2,2 GW pembangkit EBT dan wilayah Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara kapasitas terpasang pembangkit EBT- nya sebesar 2,05 GW," ujarnya.
Selain itu, sesuai rencana memensiunkan PLTU di 2026, PLN akan menggantikan pembangunan PLTU dengan pembangkit listrik EBT base load. Secara bertahap mulai 2026, Evy mengungkapkan, perseroan akan menambah kapasitas pembangkit listrik EBT base load sebesar 100 MW. Di 2027 bertambah menjadi 265 MW dan di 2028 bertambah lagi 215 MW.
"Penambahan kapasitas terpasang pembangkit EBT base load ini juga akan dilakukan hingga 2029 sebesar 280 MW dan terakhir di 2030 sebesar 150 MW," jelasnya.
Evy menekankan, jenis pembangkit yang akan dibangun ditentukan melalui kajian yang lebih komprehensif sesuai dengan potensi EBT yang ada di daerah. Untuk itu, PLN menargetkan tambahan pembangkit EBT yang beroperasi sebesar 10,6 GW pada 2025, sedangkan di 2030 mendatang kapasitas terpasang pembangkit EBT mencapai 20,9 GW.
Mengejar Ketertinggalan
Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, mengatakan, dalam rangka mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060, pemerintah mematok target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.
Namun, target tersebut terbilang cukup jauh dari presentase capaian di 2021 yang baru mencapai 11,7 persen atau baru separuh dari target pada 2025. Maka demi mencapai target ini, ketertinggalan harus dikejar.
"Masih separuhnya menuju ke sana. Harus kejar ketertinggalan. Apakah tercapai 2025? Untuk yang bisnis listrik, angka-angka proyek, angka-angka perencanaan ini semua menuju ke angka 23 persen," ujar Dadan dalam diskusi virtual, Senin (7/2/2022).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti