Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bisnis Donatnya Bangkrut, CEO Haus! Kini Sukses Jalankan Startup F&B dan Buka Ratusan Gerai

Bisnis Donatnya Bangkrut, CEO Haus! Kini Sukses Jalankan Startup F&B dan Buka Ratusan Gerai Gufron Syarief, pendiri HAUS! | Kredit Foto: Instagram/gufronsyarif
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bisnis food and beverage atau biasa disingkat F&B semakin marak dan populer di Indonesia, terutama di kota–kota besar. Kafe dan resto dengan konsep yang unik semakin banyak bermunculan, dengan sebagian besar menargetkan anak muda sebagai konsumen utamanya.

Di zaman digitalisasi dan perkembangan teknologi ini hampir semua orang menggunakan media sosial, terutama kalangan anak muda. Lewat konten yang menarik dengan mudah dan cepat menjadi populer dengan bantuan medsos. Dengan mengandalkan penggunaan medsos di kalangan anak muda sebagai target konsumen mereka, banyak kafe dan resto yang mengutamakan presentasi makanan yang menarik agar memikat untuk diunggah ke medoso.

Tidak jarang banyak kafe dan resto yang meraih kesuksesannya berkat bantuan medsos. Hal ini kian memikat melihat adanya perubahan referensi konsumsi masyarakat yang tidak hanya bergantung pada konsep makanan, interior yang menarik saja.

Baca Juga: Ingin Capai Target Bisnis 50 Juta Dolar, Ini yang Akan Dilakukan 'Haus!' di 2022

Sama halnya dengan itu, Haus!, sebagai salah satu startup asal Indonesia yang bergerak di bidang makanan dan minuman (F&B) kekinian, bertekad untuk menjangkau aspiring middle class Indonesia lewat sejumlah inovasi dan kolaborasi guna mencapai target bisnis 50 juta dolar AS atau setara dengan Rp 719 miliar.

Didirikan pada tahun 2018, Haus! sendiri hingga saat ini merasa bisnis F&B tidak lagi harus memiliki gerai yang luas dengan interior mewah. Lanskap itu menurut Haus! bisa berubah seiring dengan berkembangnya teknologi dan digitalisasi. Lantas, bagaimanakah perjalanan Haus! selama menyelami bisnis F&B di Indonesia hingga bisa menjadi startup? Berikut cuplikan wawancara antara CEO & Co-Founder 'Haus!' Gufron Syarif dan tim Warta Ekonomi, Rabu (16/02).

Bagaimana cerita awal Anda memulai membuka bisnis Haus!?

Haus! mulai berdiri pada Juni 2018, sebenarnya kalau boleh dibilang gimana ceritanya intinya simpel banget sih. Dulu saya kan juga pernah punya bisnis F&B ya sebelum Haus!, yaitu bisnis donat. Saya jualan donat bentuknya bermacam-macam, mulai dari dinosaurus sampai bentuk alphabet. Jadi kan kalau orang ulang tahun biasanya pesan donat dengan huruf “HBD siapa gitu namanya” lumayan bagus jualan donat waktu itu, tapi sedihnya waktu itu ketika masuk bulan puasa.

Nah itu penjualan tiarap gitu bulan puasa kan karena orang enggak makan donat. Orang makannya gorengan, minuman dingin. Jadi ketika saatnya ngasih THR saya jadi orang yang paling sedih karena penjualan jelek ketika bulan Ramadan. Orang-orang yang kasih THR, tapi saya bokek, nah jadi waktu itu terpikirkan ingin punya bisnis yang ketika musim atau bulan puasa pun masih tetap bagus penjualannya. Dari situ lalu mulailah kami research produk apa yang kira-kira bagus untuk bulan puasa maupun ke depannya.

Nah, semenjak kehadirannya teman-teman ojol ya penjualan makanan via ojol ini saya lihat terjadi perubahan landscape di dunia Indonesia. Perubahannya terlihat banget, karena ke depannya bisnis F&B tidak butuh tempat yang besar, tidak butuh berada di mal atau commercial area, pokoknya berubah drastis gitulah ya, jadi bahkan UKM punya lebih kesempatan yang sama dengan big brand.

Kurang lebih dengan kolaborasi agregator semenjak adanya ojol membuka mata bangetlah. Semakin menarik ketika dipelajari, akhirnya kami coba benchmark ke China karena dia kan bisnis yang lagi hits di sana terus jalan kemudian mereka juga akan happen di Indonesia. Saya lihat perkembangan bisnis di dua negara ini saling mengejar yaa, terlebih di kategori beverage seperti new tea & boba sudah menjadi suatu industri di China dengan kurang lebih kalau digabungin sekitar Rp 400 triliun per tahun.

Wah ini learning yang sangat luar biasa buat saya dan akhirnya saya berusaha membawa ini ke Indonesia waktu itu di Indonesia masih belum menjadi habbit, belum menjadi seharian bagi masyarakat Indonesia tapi tetap punya pasar yang potensial menurut saya.

Saat pertama kali membuka Haus! adakah minuman signature Anda? Lalu ide dari manakah menu itu dimulai?

Jadi waktu kami membuat Haus! sebenarnya belum ada menu signature ini, soalnya yang waktu itu keluar kan karena idenya simpel saja. Karena market sparing middle class sebenarnya sudah teredukasi dengan produk-produk di kategori new tea & boba yang ada di mal. Tapi sayangnya brand yang ada di mal pricing strategy-nya belum masuk nih sama daya beli teman-teman yang ada di sparing middle class, akhirnya antara supply dan demand-nya enggak ketemu.

Nah itu yang dijadikan oleh kami sebagai opportunity untuk masuk dengan meng-create produk-produk yang sudah cukup well-known sehingga kami mencoba menawarkan: kami cuma tinggal jual saja. Jadi kami tidak membuat produk yang benar-benar baru untuk mengedukasi mereka, tapi kami selalu sejalan dengan jalan yang ada agar produk kami gampang diterima karena mereka sudah cukup teredukasi tetapi memang seiring ke sini kami melihat nih ada tren untuk market kami, mereka sangat tertarik dengan produk-produk yang berbau coklat begitu.

Jadi, bahkan boleh bilang tiga produk kami didominasi oleh produk yang bahan dasarnya coklat. Nah, boleh dibilang produk andalan kami produk Choco Lava Milo. Karena walaupun kami menggunakan Milo tapi kami melakukan modifikasi nih sehingga punya tekstur yang berbeda sama produk Milo aslinya maupun produk Milo yang dijual di tempat lain, begitu.

Dengan berkembangnya teknologi apakah nantinya Haus! akan membuat web pemesanan tersendiri?

Rencananya di 2022 ini kami akan meluncurkan Haus! App di tiga bulan ke depan. Kemungkinan tiga-empat bulan ke depan. Ini kemungkinan bulan Juni atau Juli-Agustus karena kami sudah built-in tim IT kami sendiri sejak akhir 2021 kemarin. Diharapkan Juli-Agustus sudah launching jadi nanti teman-teman bisa order Haus! di luar aplikasi ojol yang ada sekarang dan Haus! App sendiri sudah pasti terdapat banyak promo karena lebih menarik dan poinnya juga akan lebih bagus gitu ya. Itu akan menjadi suatu channel pemesanan tersendiri yang nantinya akan cukup menarik untuk konsumen Haus!.

Bagaimana dengan resolusi tahun 2022? Apa saja yang akan dilakukan Haus! ke depannya?

Untuk tahun 2022 ini kami akan melakukan expansion dan akan tumbuh terus. Sekarang kami baru (punya) 105 toko, dalam beberapa tahun ke depan kami bisa mendirikan sampai minimal 1.000 toko dan kami sudah melakukan mapping untuk Indonesia. Kami juga selain perbanyak toko, perbanyak juga produk-produk seperti snack.

Yang kedua, kami akan meluncurkan our own web atau aplikasi agar nanti bisa digunakan oleh konsumen untuk melakukan pemesanan delivery. Nantinya bagi konsumen yang memesan lewat aplikasi akan mendapatkan cashback atau poin yang bisa ditukar dengan produk maupun merchandise Haus!, gunanya untuk lebih memberikan serta meningkatkan customer loyalty-lah supaya orang lebih sering lagi jajan di Haus!.

Strategi yang ketiga adalah kami tidak ingin hanya dilihat sebagai brand yang menjual minuman atau menjual komoditas minuman tapi kami juga ingin dilihat sebagai lifestyle yang bisa dibilang hadir di dalam setiap activity market. Contohnya misalnya sekarang kan anak muda suka banget aktivitas sehari-harinya dengan game online, kami mulai masuk serta harus hadir di aktivitas keseharian mereka dengan menjadi official partner-nya salah satu klub e-sport terbesar di Indonesia, RRQ gitu. Jadi kami sponsori official club mereka dan kami akan lebih aktif untuk hadir di aktivitas gaming teman-teman.

Yang keempat multitier city presence, jadi Indonesia kan terdiri dari empat tier, kota-kota Metropolitan dan T2, T3, T4. Kami mulai banyak ekspansi di kota T3 seperti daerah Garut, Sukabumi, Serang, Cirebon, Pandeglang. Nah kami mulai hadir di sana selain ada di kota-kota besar, dan ternyata dengan strategi yang digunakan oleh Haus! sangat diterima di kota T3, di mana brand besar sulit untuk masuk, kami justru diterima dengan baik oleh market di T3 karena dengan harga yang sangat affordable ternyata masuk ke daya beli mereka juga.

Lalu yang kelima, sekarang ini mungkin 80% penjualan kami sudah dari online dan 20% dari offline terutama di masa pandemi. Tapi di online ini kami ingin lebih diversified, kami tidak mau terlalu bergantung pada food agregator, tapi selain kami punya F&B kami sendiri nanti harapannya lewat aplikasi yang kami miliki bisa kontributor 20% ke depannya. Kami juga mungkin akan menjual produk-produk lainnya di sini, jadi kami bisa punya alternatif sharing channel. Kurang lebih seperti itu.

Para pembaca pasti pernah atau sering melihat logo, warna, nama dan minuman sejenis seperti Haus! di jalan, apa pendapat Anda dengan kompetitor yang memiliki model bisnis sama dengan Anda?

Kalau dari saya sih artinya kompetisi yang sehat itu bagus, membuat kami tidak puas diri, membuat kami juga mencoba meningkatkan kualitas dan selain itu juga banyak brand lain ikut membantu mengedukasi market karena akan seperti yang saya cerita sebelumnya bahwa di Indonesia untuk kategori ini sebenarnya masih shifting menuju habit.

Kalau di China tadi saya sebutkan untuk kategori new tea & boba sendiri market-nya sangat besar dilihat dari pembelian sudah lebih tiga kalilah. Artinya frekuensinya sudah sering karena sudah besar dan menjadi culture. Sedangkan di Indonesia ini masih menjadi tren dan berangsur menjadi habit.

Jadi kalau kami lihat dari riset ini rata-rata masih banyak di dua sampai tiga kali pembelian dalam sebulan untuk membeli produk ini. Tidak banyaknya brand lain yang masuk ke kategori ini, saya pikir ini cukup membantu mengedukasi market bahwa ini ada cara lain untuk menikmati minuman selain mereka minuman rasa atau mereka minum mineral water atau mereka buat sendiri dengan powder drink. Tapi dengan brand yang terus bertambah adalah suatu cara baru untuk menikmati minuman.

Saya senang-senang saja teman-teman lain masuk juga dalam kategori ini, cuma yang harus diperhatikan adalah kadang-kadang teman-teman yang lain masuk ini cuman ikut-ikutan saja gitu. Tapi tidak fokus untuk memberikan service maupun produk yang terbaik untuk konsumen sendiri. Jadi cuma lagi ngetren aja gitu ujung-ujungnya kadang karena enggak fokus, banyak yang timbul-tenggelam karena mereka tidak fokus tadi. Pada dasarnya kalau ini difokuskan dan diteruskan saya pikir akan menjadi suatu hal yang potensial.

Untuk saat ini store Haus! kan sudah banyak dan tersebar di kota-kota Indonesia, ke depannya apa ada rencana untuk ekspansi?

Tawaran dari luar negeri sendiri sementara sudah ada. Jadi, tahun lalu ada partner agregator yang menawarkan untuk menjadi mitranya Haus! di Mesir. Mesir yang menawarkan bagaimana kalau kami jadi partner Haus! nih di Mesir, nantinya semua cabang harus di Mesir kami operatornya.

Itu sudah ada sebenarnya tahun lalu, tapi kami merasa kami tidak ingin bergerak sporadis. Artinya, kami ingin fokus apalagi kami sama principle memiliki pertimbangan sendiri; satu adalah operasional dan logistik. Jadi, kami tidak ingin sporadis, bergerak langsung keluar negara lain sebelum market lokalnya kami kuasain, jadi export-lah di situ makanya dalam pergerakan opening storehouse kami sangat pertimbangkan.

Jadi kami tidak langsung buka di Sumatera, Sulawesi, tapi kami pelan-pelan dulu nih kayak Jawa dulu kami kuasai, itu masuknya Jakarta, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Jadi, kami bergerak berdasarkan jalur logistik dulu, sampai nanti mungkin di tahun 2023 masuknya Sumatera dan Sulawesi apalagi ke negara lain.

Kami harus make sure untuk ekspansi ke negara lain kami sudah siap semuanya begitu, enggak cuma ngikutin nafsu saja begitu. Tapi sangat menarik si sebenarnya kalau misalnya ekspansi ke luar negeri karena untuk kategori new tea & boba sendiri ke depan akan menjadi global culture bukan cuma menjadi Asian culture.

Sekarang ini kan kategori new tea & boba dimulai dari Asia, terutama Taiwan, China lalu masuk ke Asia Timur lalu ke Asia Tenggara. Tapi ini sebenarnya untuk negara seperti Australia, Amerika pun sudah mulai jadi suatu tren baru nih minuman new tea & boba. Tapi kalau Amerika kan kental banget dengan kopinya ya minum kopi sudah kayak minum jus, minum air putih, tapi menarik juga untuk pasar Amerika sendiri.

Untuk signature minuman Haus!, apakah ada rencana membuat minuman yang khas Indonesia?

Sebenarnya kalau minuman tradisional indonesia, kami memang belum ada produk permanennya. Tapi kami sudah melakukan produk musiman. Jadi setiap kali bulan Agustus untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia kami selalu launching produk yang warnanya atau rasanya khas Indonesia. Seperti tahun kemarin kami mengeluarkan produk rasa klepon; minuman rasa klepon. Nah itu Indonesia banget kan, nanti di Agustus tahun 2022 juga akan ada keluaran terbaru lagi yang khas produk Indonesianya yang pasti bukan minuman rasa rendang ya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: