Quick Commerce Hingga Otomatisasi Operasional Jadi Tren Industri Logistik 2022
Tantangan lain menurutnya adalah inefisiensi dalam manajemen KPI. Pemangku kepentingan logistik perlu memiliki visibilitas dan kontrol yang lebih besar atas KPI pengiriman. Tidak mudah untuk mencapai hal ini karena ketergantungan pada penyedia layanan logistik tumbuh berlipat ganda.
“Pelaku industri juga menghadapi tantangan visibilitas pengiriman yang buruk. Pelanggan modern mengharapkan informasi tentang di mana pesanannya berada, siapa yang akan mengirimkannya, berapa estimasi waktu yang tepat, apakah akan ada penundaan, dan informasi lain semacam itu pada titik waktu tertentu.”
Selain itu, perusahaan logistik juga dituntut untuk menyesuaikan pengiriman. Menciptakan pengalaman yang tidak terlupakan bagi pelanggan dimungkinkan dengan memberi mereka lebih banyak pilihan pengiriman.Pelanggan harus dapat mengubah waktu pengiriman sesuai kenyamanan mereka.
Menurut sebuah laporan, 65 persen konsumen menginginkan fleksibilitas pengiriman yang lebih besar dan ini merupakan tantangan bagi pemain di industri ini.
Baca Juga: Industri Jadi Kunci Akselerasi Pemulihan Ekonomi pada 2022
“Tantangan-tantangan lain yang dihadapi industri logistik adalah biaya operasional yang tinggi, ketidakmampuan untuk mengurangi pengiriman TAT, serta meningkatnya emisi karbon. Ke depannya, pelanggan menyukai perusahaan yang merangkul solusi untuk menurunkan jejak karbon mereka. Untuk mencapai hal ini, pelaku bisnis logisitik perlu fokus pada pengurangan jarak yang ditempuh, mengurangi volume perjalanan, merencanakan rute pengiriman multi pickup dan drop, serta menurunkan konsumsi bahan bakar.”
Soham pun mengatakan bahwa platform manajemen logistik berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence / AI) bisa membantu mengoptimalkan, mengotomatisasi, melacak, dan menyederhanakan proses logistik dari ujung ke ujung dan operasional rantai pasokan.
“Platform Shipsy memanfaatkan otomatisasi untuk efisiensi operasional, dan menggunakan analitik real-time untuk meningkatkan pengambilan keputusan, meningkatkan produktivitas pengiriman, memastikan skalabilitas yang cepat dari operasi logistik, mendorong akurasi data dan mencapai lebih banyak lagi, sekaligus mengurangi biaya logistik secara keseluruhan,” jelasnya.
Soham pun mencontohkan salah satu perusahaan ritel Fortune 100 yang berhasil menurunkan biaya tidak terduga sampai 80 persen saat menggunakan platfom manajemen logisitk berbasis AI tersebut. Selain itu, perusahaan tersebut juga berjasil mengurangi biaya logistik hingga 10 persen dan menghemat 65 persen jam kerja.
“Solusi manajemen pengiriman end-to-end terintegrasi yang digerakkan oleh otomatisasi Shipsy memenuhi semua kebutuhan mereka,” tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: