Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Polemik Menag Yaqut, Omongan Refly Harun Tajam: Masa Sih Soal Toa Saja Harus Bikin Peraturan...

Polemik Menag Yaqut, Omongan Refly Harun Tajam: Masa Sih Soal Toa Saja Harus Bikin Peraturan... Kredit Foto: Instagram/Refly Harun
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun komentari polemik pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas soal peraturan baru pengeras suara Masjid. Menurutnya, Menteri satu ini sering membuat pernyataan yang menjadi kontroversi.

"Terlepas dari apa yang disampaikan Yaqut tersebut memang yang menjadi persoalan adalah kontorversi yang selalu dikeluarkannya atau ditimbulkannya," kata Refly dari Youtube pribadinya yang dikutip populis.id pada Jumat (25/2/2022).

Baca Juga: Polemik Suara Azan, Habib Bahar Meradang! Sebut-sebut China Sambil Bersumpah: Kami Akan….

Refly menyebut, seharusnya seorang Menteri Agama itu dapat memberikan kesejukan, terlebih dalam berucap.

"Kalau kita kaitkan dengan apa yang disampaikan Yaqut ini, ya.. itu intinya adalah harusnya seorang menteri apalagi seorang menteri agama, ia (seharusnya) memberikan semacam kesejukan," ujarnya.

Namun, sepertinya, ia menduga dari awal, Presiden Jokowi tidak menunjuk karakter menteri yang merangkul semua umat.

"Tetapi (dipilih) yang berasal dari arus politik tertentu. Arus politik yang justru bisa memunculkan pembelahan terus menerus di masyarakat," katanya.

Lebih lanjut, Refly merujuk pada peraturan baru soal pengeras suara Masjid dan Musala yang menurutnya tak seharusnya dikeluarkan.

"Dari sisi hukum tata negara, surat edaran tersebut bukanlah peraturan perundang-undangan. Surat edaran itu hanya petunjuk teknis yang semestinya tidak dikeluarkan, ia hanya mengikat ke dalam. Kalau mau mengikat keluar buat peraturan menteri (dengan) undang-undang. Tapi masa sih soal toa saja harus bikin peraturan menteri?" kata dia.

Menurutnya, hal semacam ini sudah terjadi dalam kehidupan di masyarakat dan tak perlu diutak-atik.

"Sudah terjadikan, so far tidak ada konflik. Justru ketika dibuka peluang komplain itu malah ada dan semakin besar," katanya.

Kata Refly, sekalipun ingin membuat imbauan, hendaknya cukup dengan imbauan "suaranya enak di dengar". 

"Nah kalau enak di dengar, itu kan menjadi hal yang menggembirakan. Suaranya enak gitu," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: