Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Strategi HashMicro Sukses dari Bootstrapping Hingga Menuju IPO

Strategi HashMicro Sukses dari Bootstrapping Hingga Menuju IPO Lusiana Lu, Business Development Director HashMicro. | Kredit Foto: HashMicro
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebuah perusahaan penyedia software manajemen bisnis enterprise resource planning (ERP), HashMicro, berhasil menjadi figur kuat di industri solusi digital Indonesia. Tak hanya itu, perusahaan ini juga dinobatkan sebagai pemain utama di industri ERP Asia Pasifik sebagaimana yang dilansir Allied Market Research.

Menariknya, perusahaan ini berhasil tumbuh secara organik tanpa pendanaan eksternal dari investor atau kerap disebut dengan bootstrapping. Tidak banyak diketahui, bootstrapping merupakan proses membangun bisnis tanpa menarik investasi atau modal dari eksternal sehingga perusahaan dapat mengendalikan seluruh sektor lini perusahaan secara menyeluruh tanpa keputusan dari pihak lain. HashMicro mengingatkan kita kembali bahwa perusahaan yang bootstrap memiliki kesempatan dan kebebasan untuk tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan (sustainable business).

Baca Juga: Jokowi Ingin Indonesia Jadi Pasar Besar Ekonomi Digital Global

Lalu, apa saja strategi bisnis HashMicro sehingga bisa menjadi perusahaan kelas enterprise tanpa pendanaan dari investor? Lusiana Lu, Business Development Director sekaligus salah satu founder HashMicro membagikan ceritanya.

Mendulang Kesuksesan Awal di Singapura

Kedua pendiri HashMicro berprofesi sebagai IT engineer dan ahli manajemen bisnis asal Indonesia yang mengenyam pendidikan di Singapura. Keduanya membangun perusahaan penyedia perangkat lunak ERP. Pada saat itu, Pemerintah Singapura tengah mendorong adopsi IT sehingga mayoritas perusahaan-perusahaan di sana berlomba mencari vendor yang dapat mendukung transformasi tersebut.

Di tengah lahan basah dan tingginya kesadaran pentingnya IT di kalangan pebisnis Singapura, HashMicro mulai menapaki kesuksesannya. Di sana, HashMicro berhasil menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan raksasa seperti Abbott, Bank of China, Changi Airport, dan menjadi vendor digital untuk beberapa kementerian strategis seperti Kementerian Pendidikan, Kementerian Ketenagakerjaan, dan Kementerian Pertahanan Singapura.

Selang tiga tahun, founder HashMicro mulai melebarkan sayapnya di Tanah Air dan melampaui kesuksesan yang telah diraih sebelumnya di Singapura dengan pertumbuhan valuasi hingga 200-300% setiap tahunnya dengan 600+ karyawan.

Fokus pada Produk dan Pasar

Menurut Lusiana, fokus utama perusahaan rintisan seharusnya ada pada pengembangan produk yang sudah pasti akan laku di pasaran. Pasalnya, Lusiana mengamati banyak founder yang ingin cepat-cepat scaling, atau tumbuh, dan menghasilkan banyak produk sekaligus.

"Awalnya mungkin ingin dilihat sebagai perusahaan inovatif. Namun, itu akan sia-sia karena fokusnya menjadi terbagi-terbagi," ujar Lusiana, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (2/3/2022).

Pada awal berdirinya, HashMicro fokus pada menghadirkan solusi utama yang dibutuhkan perusahaan target market-nya. Strategi ini disebut juga dengan product-market fit. Selain itu, HashMicro juga berinvestasi pada branding dan marketing organik. Seiring dengan jangkauan pasar yang lebih luas dan produk yang makin bagus, sumber daya pun juga akan makin berkembang.

Matangkan Manajemen Operasional Bisnis

Bisnis, terlepas dari adanya bantuan investor atau tidak, bergantung dari keputusan yang diambil. Namun, bagi bisnis yang bootstrapping, ada banyak hal yang dipertaruhkan, termasuk dana yang dimiliki.

Oleh karena itu, HashMicro memilih untuk memastikan proses dan alur kerja yang efektif sebelum meluncur jauh. Lusiana melanjutkan, "Seluruh strategi bisnis yang kami buat berangkat dari prinsip efisiensi. Pada dasarnya, sumber daya awal kami terbatas sehingga kami harus berupaya untuk memaksimalkan yang ada."

Hal yang sama juga berlaku dalam manajemen SDM. Alih-alih merekrut banyak karyawan sekaligus, HashMicro memprioritaskan untuk merekrut sedikit karyawan, tetapi berkualitas untuk mengembangkan produknya. Intinya, berangkat dari efisiensi manajemen dan SDM yang berkualitas akan meminimalisasi risiko dan memberikan stabilitas untuk mengembangkan bisnis.

Fokus pada perkembangan bisnis 

Setelah mendapatkan profit, perusahaan bootstrap perlu memikirkan strategi spending yang baik. Dalam hal ini, Lusiana menekankan harus ada reinvestasi pada strategi bisnis yang lebih menguntungkan. Pasalnya, banyak perusahaan rintisan, terutama yang didanai investor,  menggunakan metode "bakar uang" untuk mendapatkan traksi. Sayangnya, strategi ini bersifat jangka pendek dan tidak menjamin akan memberikan pendapatan yang stabil.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: