Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemimpin Jerman Bilang Tak akan Kirim Jet Tempur ke Ukraina, Ini Alasannya

Pemimpin Jerman Bilang Tak akan Kirim Jet Tempur ke Ukraina, Ini Alasannya Kredit Foto: AP Photo/John Macdougall
Warta Ekonomi, Berlin -

Kanselir Olaf Scholz mengatakan Jerman jelas tidak akan mengirimkan pesawat tempur ke Ukraina.

Hal ini disampaikan setelah Amerika Serikat (AS) menolak tawaran Polandia untuk mengirimkan pesawat tempur produksi Rusia MiG-29 ke pangkalan AS di Jerman agar dikirimkan Ukraina.

Baca Juga: Menyerah? Presiden Ukraina Akhirnya Bersedia Berunding dengan Rusia

"Kami telah menyediakan berbagai jenis materi pertahanan dan seperti yang sudah kami katakan pada kalian. Kami telah mengirimkan senjata tapi juga benar kami harus mempertimbangkan dengan sangat hati-hati tindakan konkrit kami dan jelas pesawat tempur tidak termasuk di dalamnya," kata Scholz dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Rabu (9/3/2022).

Dalam kesempatan ini ia ditanya apakah Jerman termasuk yang menentang larangan impor energi Rusia. Scholz mengatakan selama beberapa bulan terakhir ia sudah berusaha mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.

Scholz mengatakan Jerman harus mendiversifikasi bahan mentah yang digunakan industri-industrinya. Negeri Panzer sedang mengusahakan hal tersebut bersama Kanada.  

Ia juga mengatakan tidak ada gunanya solusi militer untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Ia berharap solusinya ditemukan dalam perundingan.

Sementara itu seorang pejabat Uni Eropa mengatakan pemimpin negara anggota blok tersebut terpecah jadi dua kelompok. Antara yang mendukung Ukraina menjadi anggotanya dan yang tidak. Hal ini disampaikan satu hari sebelum negara-negara anggota Uni Eropa membahas permintaan Kiev mengenai hal itu.

Pejabat yang terlibat dalam pertemuan Uni Eropa di Versailles itu tidak bersedia disebutkan namanya. Ia mengatakan semua pemimpin di Uni Eropa sepakat untuk memperkuat hubungan dengan Ukraina.

"Tapi yang menjadi pertanyaannya apakah mereka menemukan konsensus dalam perluasan yang terkadang (isu) yang lebih rumit," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: