Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menjawab Tantangan Pemimpin Perempuan di Industri Teknologi

Warta Ekonomi, Jakarta -

Setiap tahunnya Hari Perempuan Internasional ditandai dengan tema yang khusus. Pada tahun ini, Hari Perempuan Internasional mengusung tema #BreakTheBias, atau “Patahkan Bias.” Maksudnya di sini tentu bias gender. Tema ini dipilih karena perempuan dari berbagai latar belakang masih harus menghadapi bias, stereotip, hingga diskriminasi yang membuat kesetaraan gender semakin terasa jauh.

Lingkungan kerja adalah salah satu tempat yang telah lama dianggap mengidap bias gender. Peluang dan penghargaan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, ataupun pemenuhan hak-hak perempuan, seperti cuti hamil dan cuti haid, masih menjadi tarik-menarik di sana-sini. Sektor teknologi juga cukup menjadi sorotan, apalagi di perusahaan rintisan yang memang menuntut cara bekerja yang spartan. 

Untuk menyebarkan semangat Hari Perempuan Internasional beberapa waktu lalu, perusahaan teknologi keuangan terkemuka sebagai platform pembayaran konsumen Flip menggelar diskusi daring Flip Virtual Talk bertajuk “Pemimpin Perempuan di Industri Teknologi: Membangun Keragaman, Kesetaraan, dan Inklusi di Lingkungan Kerja” minggu lalu.

Diskusi ini menghadirkan Gita Prihanto, Chief Operating Officer (COO) Flip dan Mesty Ariotedjo, Co-Founder dan CEO Tentang Anak, serta dipandu Nelly Mathias, seorang profesional di bidang pengembangan talenta. 

Dalam konteks lingkungan kerja, Gita percaya pentingnya komitmen para pemimpin perusahaan, baik laki-laki maupun perempuan, untuk memasukkan nilai-nilai keragaman, kesetaraan, dan inklusi atau populer disingkat DEI (Diversity, Equity, Inclusion). 

“Unconscious bias masih terjadi, terkadang tanpa disadari. Aspek aspek perlu diperhatikan dalam memperbaiki bias implisit, tidak hanya dari sisi rekrutmen, tetapi juga dalam mengukur kesetaraan dan menciptakan lingkungan beragam yang bermanfaat bagi suasana kerja yang nyaman dan produktif,” ujarnya. 

“Ajakan diskusi yang inklusif dan usaha kolektif untuk menyebarkan kesadaran dan pengetahuan mengenai DEI secara aktif masih sangat diperlukan. Akan lebih baik lagi, apabila ada cara pengukuran yang distandardisasikan, supaya setiap perusahaan mengerti bagaimana mengukur hal ini sebagai langkah awal, seperti misalnya mengukur pay-parity dan ratio promosi antar gender.” Menurut Gita ini penting karena menciptakan lingkungan kerja yang beragam dan setara tidak hanya datang dari perempuan saja. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: