Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pakar ITB: Galon PET Lebih Beresiko Terkena Sinar Matahari dan Benturan

Pakar ITB: Galon PET Lebih Beresiko Terkena Sinar Matahari dan Benturan Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Galon yang berbahan plastik PET yang digunakan untuk sekali pakai lebih beresiko jika terkena sinar matahari  dan benturan dibanding yang berbahan Polikarbonat (PC).

Hal itu karena galon PET memiliki temperatur transisi gelas (Tg) yang jauh lebih rendah dibanding yang berbahan Polikarbonat (PC). Suhu transisi gelas adalah suhu dimana suatu polimer mengalami perubahan dari liquid (yang mengalir, walapun mungkin sangat lambat) menjadi bentuk solid.

Pakar Polimer Institut Teknologi Bandung (ITB), Ahmad Zainal Abidin, mengutarakan galon berbahan PET memiliki temperatur transisi gelas pada suhu 80 derajat Celcius, sedang galon Polikarbonat pada 150 derajat Celcius.

"Dengan demikian, galon berbahan PET akan lebih berisiko jika terkena sinar matahari ketimbang Polikarbonat,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa semua material monomer yang dijadikan bahan pembuat galon, baik PET dan PC itu ada resiko bahayanya.

Adapun monomer yang digunakan sebagai bahan pembuat galon PET adalah etilen glikol, dan untuk galon PC adalah BPA. Menurut Zainal dalam pembuatan galon-galon ini di pabrik, kemungkinan masih ada monomernya yang tidak bereaksi dan terjebak di dalam plastiknya.

Namun, katanya, monomer yang tersisa itu biasanya tidak banyak, sehingga jikapun terlepas tidak akan membahayakan bagi kesehatan.

Memang, Zainal mengatakan karakteristik alamiah dari galon berbahan PET dan PC itu, kalau temperaturnya makin tinggi, monomernya juga akan lebih mudah larut atau terlepas. Dan jika melihat karakteristik ini, jelas galon PET yang memiliki Tg lebih rendah akan menjadi lebih rawan jika terkena sinar matahari dibanding galon PC.

"Karena para temperatur yang cuma 80 derajat Celcius, galon PET sudah rontok kekuatannya. Sedangkan galon PC baru suhu 150 derajat Celcius baru rontok,” ungkapnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: