Ketiga acara tersebut, menurutnya dipandang strategis untuk meluruskan stigma bahwa tidak ada ruang bagi kepemimpinan perempuan di dalam Islam, termasuk untuk menguatkan kiprah perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.
“Dari kegiatan yang dapat diambil benang merah, yaitu ketiganya adalah berbicara tentang kepemimpinan perempuan. Kegiatan bertujuan membangun kesadaran perempuan atau muslimah akan pentingnya perempuan pada posisi pengambilan keputusan bagi kemaslahatan umat dan bangsa,” tambahnya.
Sementara di tempat yang sama, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati menekankan, sejarah mencatat peranan perempuan di Indonesia telah dimulai sejak masa perjuangan Kartini.
Kemudian muncul kementerian yang menangani urusan peranan wanita di dalam kabinet pada 1978, hingga berlanjut saat ini. Berbagai kegiatan untuk memajukan perempuan terus digalakkan pemerintah, termasuk dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional guna mengintegrasikan kesetaraan gender ke dalam kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan nasional.
“Ini adalah pemikiran yang sangat maju jika kita bandingkan dengan apa yang terjadi di banyak negara lain di dunia. Dengan mengambil strategi pengarusutamaan gender, Indonesia bercita-cita agar setiap orang, perempuan dan laki-laki, harus diperhitungkan di dalam pembangunan supaya tidak ada yang tertinggal,” jelas Bintang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Adrial Akbar
Tag Terkait: