Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dinasti Politik Rajapaksa di Sri Lanka Terancam Ambruk, Apa Penyebabnya?

Dinasti Politik Rajapaksa di Sri Lanka Terancam Ambruk, Apa Penyebabnya? Kredit Foto: Antara/REUTERS/Dinuka Liyanawatte

Sembilan Bersaudara

Anak kelima dari sembilan bersaudara yang lahir dari keluarga politik di Sri Lanka selatan, Nandasena Gotabaya Rajapaksa bergabung dengan militer pada 1971.

Selama perang saudara yang berlangsung 26 tahun itu, dia terlibat dalam operasi melawan pemberontak Tamil.

Pada 2005, setelah bertahun-tahun pensiun dan bermigrasi ke Amerika Serikat, Gota kembali ke Sri Lanka dan bergabung dengan pemerintahan Mahinda sebagai menteri pertahanan. Tugasnya, mengakhiri perang saudara secara brutal dan menewaskan 80.000-100.000 orang.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuduh kedua pihak yang bertikai melakukan kejahatan perang selama konflik berlangsung. Gota menghadapi pengadilan sipil atas dugaan melakukan kekejaman di masa perang. Dia mengaku tidak bersalah dan kasusnya dihentikan karena kekebalan politik.

Memanfaatkan gelombang nasionalis setelah serangan mematikan oleh kelompok militan Islam, Gotabaya merebut kursi presiden pada 2019.

Beberapa bulan kemudian, partai Sri Lanka Podujana Peramuna yang dipimpin Rajapaksa mengalahkan oposisi dengan telak pada pemilihan parlemen. Kemenangan itu membantu kakaknya Mahinda terpilih menjadi perdana menteri.

"Kami akan memastikan (Sri Lanka) tidak akan kecewa selama kami menjabat," kata Mahinda setelah kemenangannya pada 2020.

Negara pulau tersebut sudah berada di jalur krisis saat itu. Secara historis, Sri Lanka memiliki finansial yang rentan karena pengeluarannya lebih besar dari pendapatan.

Para kritikus mengatakan kondisi itu semakin parah ketika Gotabaya memberlakukan pemotongan pajak setelah berkuasa, terlebih ketika pandemi COVID-19 menghantam sektor pariwisata yang menjadi andalan Sri Lanka.

Meskipun didesak oleh para pakar dan pemimpin oposisi, pemerintah menolak bantuan Dana Moneter Internasional (IMF) selama berbulan-bulan, bahkan ketika krisis finansial semakin memburuk dan cadangan devisa semakin berkurang.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: