Drama Minyak Goreng Berlanjut, Orang PKS Semprot Menperin: Buat Terapi Kejut ke Pengusaha Nakal!
Setumpuk masalah minyak goreng di Indonesia masih belum jelas kapan selesainya. Meski Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat, kebijakan itu justru dinilai beberapa pihak ke arah negatif.
BLT tersebut dinilai sebagai kalahnya pemerintah oleh para mafia dalam mengurus pengelolaan pangan khususnya minyak goreng.
Terbaru, Menteri Perindustriuan Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangannya menyebutkan bahwa menemukan beberapa contoh ketidakpatuhan yang terjadi dalam penyediaan minyak goreng.
Mengenai “keluhan” hasil temuan Menperin ini, Dr. H. Mulyanto M. Eng, Wakil Ketua FPKS DPR RI memberikan tanggapannya.
Mulyanto blak-blakan menyayangkan Menperin yang dianggapnya hanya mengeluh saja terkait pengusaha minyak goreng nakal.
Baca Juga: Ngabalin Ngeocehin Mahasiswa yang Demo Jokowi, Jubir PKS: Kalau Ngikutin Dia Reformasi 98 Nggak Ada!
Atas kondisi ini, Mulyanto beranggapan bahwa Menperin harus tegas dan berani memberi sanksi tegas kepada pengusaha minyak goreng yang berani “bermain-main”.
“Menperin jangan sungkan memberi sanksi kepada mereka sebagai terapi kejut agar berikutnya mau mengikuti aturan,” jelas Mulyanto dalam keterangan tertulis yang diterima wartaekonomi.co.id, dikutip Kamis (7/4/22).
Konsekuensinya apa bila pemerintah tidak berani melakukan gebrakan dalam menangani masalah ini, dikhawatirkan rakyat yang terus jadi korbannya.
“Negara tidak boleh mengeluh dan kalah dari pengusaha migor curah nakal. Bila demikian maka yang dikorbankan adalah rakyat kecil, yang terpaksa membeli migor dengan harga mahal,” jelas Mulyanto.
Lanjut Mulyanto, dia mengatakan bahwa negara harus merogoh dua kocek sekaligus, yang mana satu untuk membayar subsidi migor curah kepada pengusaha migor dan satu lagi untuk membayar BLT migor sebesar Rp. 300 ribu per orang untuk puluhan juta orang.
Baca Juga: Dicecar Refly Harun “Mahasiswa Demo Nggak Angkat Isu Presidential Threshold” Ini Kata Ketua BEM UI
“Padahal harga migor curah di pasar tetap saja tidak turun. Masih jauh di atas harga eceran tertinggi (HET). Ini kan sungguh menyedihkan," terang Mulyanto.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto