Hoaks Makin Marak, Dear Masyarakat... Harus Cermat Mencerna Informasi Ya!
Ia mengemukakan, alasan hoaks marak beredar. Pertama, kemajuan teknologi. Kedua, minim literasi media. Pesatnya perkembangan internet tanpa dibarengi dengan kecakapan dalam bersosial media dapat salah menerima informasi.
"Hari ini yang saya alami dan pahami, media sosial dan dunia nyata itu ada garis pemisah. Seolah kalau dunia nyata itu harus penuh dengan akhlak, tapi dunia maya sesuatu yang tidak bersekuensi," kritik Angga.
Faktor lainnya yang masih menyebabkan maraknya hoaks ialah bermedia tanpa etika. Ketika mengunjungi platform media sosial banyak sekali komentar-komentar tidak mengindahkan lagi norma-norma kesopanan.
"Dampaknya pentingnya tentang cara pandang media sosial itu diaktivasi tanpa mengedepankan nilai-nilai. Nilai sosial, etika, Bahkan nilai agama." tambah Angga.
Ketua Komite Fact-Checker Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Ariwibowo Sasmito menyorot ragam saluran media sosial yang di luar kapasitasnya mendadak menjadi pembuat berita.
"Jadi sekarang sudah kesulitan untuk membedakan siapa sih produsen (berita) siapa distributor, siapa konsumen. Karena semua menghasilkan (berita)," kritik Ariwibowo.
"Semua bisa jadi media dan semua bisa jadi sumber informasi sekaligus bisa mendistribusikan dan mengkonsumsinya," tambahnya
Tak heran di era media sosial, biasanya informasi yang terlanjur salah justru pelakunya tidak bakal memberikan klarifikasi. Ia mengumpamakan angka hoaks itu bisa disebarkan 10.000 kali, tapi klarifikasinya hanya 1.000.
"Jadi sampai sekarang hoaks dibanding klarifikasinya itu jauh lebih banyak menyebar," sesal Ariwibowo.
Ada sebuah studi menyebutkan, bahwa di Twitter itu hoaks menyebar enam kali lebih cepat dari klarifikasinya. Studi lainnya mengungkap bahwa kebiasaan orang buka YouTube mencari sumber informasi sesuai seleranya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: