- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Kurangi Beban Subsidi, Peneliti BRIN: Pilihan Tepat Penyesuaian Harga BBM Saat Harga Minyak Tinggi
“Hanya kembali kepada setiap satu rupiah yang digunakan itu berimplikasi ke keadilan. Kita lihat enggak efek itu,” ungkap dia.
Pakar ekonomi energi dan sumber daya alam lulusan Australian National University itu menyatakan harga minyak dunia diperkirakan masih akan bertahan di level US$100-an per barel hingga akhir 2022. Apalagi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan terhadap gasoline dan diesel akan meningkat pada kuartal IV.
“Perkiraan OPEC sekitar US$95-an per barel harga minyak, anggap saja harga minyak US$100-an, ICP tak akan beda jauh. Ini tentu bisa berbahaya, kalau kita tidak mengubah strategi kebijakan energi,” katanya.
Dia juga menengarai, saat ini ada tren konsumsi BBM naik, sedangkan produksi minyak nasional tidak ikut naik sehingga tidak bisa mengimbangi konsumsi.
Kenaikan konsumsi BBM bisa jadi karena kesejahteraan masyarakat membaik sehingga bisa membeli kendaraan. Di sisi lain, transportasi publik masih belum bagus.
“Ini harusnya direm seperti dengan menaikkan pajak kendaraan dan menaikan harga BBM,” kata dia.
Kenaikan konsumsi BBM yang tidak diikuti dengan kebijakan penyesuaian harga energi disaat harga minyak tinggi membuat masyarakat terus berburu BBM yang murah.
Tidak hanya di transportasi, di sektor industri juga ternyata banyak yang nakal dengan menyalahgunakan selisih harga BBM subsidi dan nonsubsidi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat