Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menyoal Wacana Kenaikan Harga Pertalite

Menyoal Wacana Kenaikan Harga Pertalite Kredit Foto: Antara/Muhammad Iqbal

Huda melanjutkan, saat ini nampaknya pemerintah memang tidak sanggup menanggung beban subsidi yang cukup besar. Namun hal itu berbanding terbalik dengan urusan proyek-proyek yang dimilikinya termasuk didalamnya adalah proyek Ibu Kota Negara (IKN) baru.

"Selain itu, program perpajakan pemerintah juga patut dipertanyakan. Dengan gembar gembor menghasilkan berapa triliun tapi kok untuk masyarakat miskin dikurangin belanja-nya dengan hendak menaikkan harga Pertalite," ungkapnya.

Lebih lanjut, jika memang wacana tersebut terwujud tentunya akan berdampak kepada inflasi yang akan meningkat dan menurunkan daya beli masyarakat dalam jangka pendek.

"Dalam jangka panjang, harga akan ternormalisasi di harga baru dan sulit untuk turun sehingga beban masyarakat akan meningkat dengan kenaikan pendapatan yang tidak signifikan," tutupnya.

Kebijakan yang Ironis

Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai pernyataan dari beberapa pejabat tentang kenaikan harga BBM jenis Pertalite sudah terindikasi.

"Kalau statement ini (naiknya harga Pertalite) sepertinya sudah diprediksi juga. Indikasinya Pertamax sudah naik," ujar Esther saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Jumat (8/4/2022).

Esther menyebut, kondisi saat ini bisa dikatakan sangat ironis. Pasalnya pemerintah ingin mengurangi subsidi bahan bakar sementara di sisi lain alokasi anggaran dilakukan dengan tidak bijak.

"Misalnya DPR menganggarkan untuk ganti gorden Rp90 juta per rumah, total anggarannya Rp50 miliar. Ini tidak bijak, seharusnya pengurangan subsidi, diiringi dengan alokasi anggaran yang efektif dan efisien. Bukannya menghemat di satu sisi, sementara di pos anggaran lain boros," ujarnya.

Lanjutnya, Esther mengatakan bilamana memang pemerintah menaikkan harga Pertalite, maka sudah dapat dipastikan akan mengerek inflasi di dalam negeri yang saat ini sudah terjadi akibat adanya kenaikan harga minyak goreng, gas, dan Pertamax.

"Kondisi inflasi ini terjadi karena adanya cost push inflation sebagai akibat kenaikan harga bahan input (bahan bakar minyak) yang mengakibatkan biaya produksi naik. Sehingga memicu kenaikan inflasi," ungkapnya.

Hal tersebut bisa diperberat apabila jika ditambah permintaan barang dan jasa yang meningkat akibat bulan puasa dan lebaran"Akan menaikkan inflasi dari sisi demand pull inflation. Jadi inflasi sudah pasti terjadi," tutupnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: