Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Digitalisasi Pasar Perluas Jangkauan Konsumen Seluruh Indonesia

Digitalisasi Pasar Perluas Jangkauan Konsumen Seluruh Indonesia Kredit Foto: Tokopedia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Belakangan tren pasar tradisional, terutama di kota-kota besar, mulai menurun. Banyak masyarakat memilih untuk bertransaksi di minimarket yang dekat dengan perumahan atau bertransaksi secara online.

Ditambah lagi, saat pandemi banyak pasar tradisional yang mengalami penurunan pendapatan sekitar 70-90 persen dari keadaan normal, bahkan ada yang sudah tidak beroperasi sama sekali.

Oleh karena itu, proses adaptasi dan pemanfaatan teknologi digital dibutuhkan guna memperluas pangsa pasar pedagang tradisional.

Salah satu contohnya, Pasar Cihapit di Jawa Barat yang berkolaborasi dengan platform digital Tokopedia melalui Pasar Cihapit Online. Saat ini sejumlah produk yang dijual pedagang Pasar Cihapit mulai dibanjiri pesanan dari luar Kota Bandung.

Baca Juga: Soal Pengiriman Terbaik dan Tercepat, Selamat! Tokopedia Juaranya

“Ada produk-produk dalam kemasan seperti kerupuk yang pemesannya berasal dari luar Kota Bandung, seperti Papua dan Aceh. Ini melebihi ekspektasi kami saat mulai berkolaborasi dengan Tokopedia melalui Pasar Cihapit Online,” kata Kepala Pasar Cihapit, Dewi Wulansari ditulis Kamis (21/4/2022).

Dewi tidak menyangka pasar yang sedemikian luas bisa dijangkau oleh pedagang Pasar Cihapit Online. Menurut Dewi, hal itu menjadi potensi pasar yang sedemikian besar yang bisa dioptimalkan.

Dewi menjelaskan, sebelum bergabung dengan program pasar rakyat digital yang digagas oleh Tokopedia, konsumen Pasar Cihapit memang sebatas masyarakat yang tinggal di sekitaran pasar saja. Terlebih lagi sebelum masa pandemi, perdagangan di Pasar Cihapit sepenuhnya dilakukan secara konvensional.

Baca Juga: Jelang Ramadan, Begini Tren Transaksi di Tokopedia

Kondisi tidak berubah meski sudah dilakukan inovasi dengan memanfaatkan media sosial. Saat itu, konsumen bisa memesan melalui layanan pesan singkat WhatsApp (WA).

Menurut Dewi, pemesanan melalui WA ini ternyata ribet. Transaksi tidak bisa dilakukan dalam satu kali percakapan pesan singkat.

“Pembeli biasanya nanya barangnya lalu harganya, terus dibalas penjual. Percakapan sampai berkali-kali hingga kesannya ribet,” imbuh Dewi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: