Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jaga Pasokan dan Harga, Pemerintah Genjot Produksi Sapi Lokal

Jaga Pasokan dan Harga, Pemerintah Genjot Produksi Sapi Lokal Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong peningkatan produksi sapi lokal di wilayah perdesaan melalui program Desa Korporasi Sapi (DKS).

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Nasrullah mengatakan program DKS merupakan pengembangan kawasan peternakan berbasis korporasi peternak yang dicetuskan oleh Kementerian Pertanian mulai tahun 2020 dengan lima lokasi.

Kelima daerah itu yakni NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Lampung dan Jawa Timur. Pada 2021 dikembangkan di sembilan kawasan, yaitu kawasan sapi potong di Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh, Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur, Kabupaten Sidenreng Rappang Sulawesi Selatan, Kabupaten Cianjur Jawa Barat dan Kabupaten Kediri Jawa Timur.

Tiga lokasi lainnya Kabupaten Boyolali Jawa Tengah, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, dan Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah.

“Program ini merupakan salah satu bentuk komitmen Kementan untuk meningkatkan populasi dan produksi sapi di dalam negeri,” ungkap Nasrullah.

DKS merupakan program yang didesain dengan adanya transformasi kelembagaan yang awalnya berbasis kelompok menjadi kelembagaan korporasi yang tersentra dalam satu kawasan, berskala ekonomi dan terintegrasi hulu hingga hilir, serta berorientasi profit untuk meningkatkan kesejahretaan peternak di dalamnya.

Di Pejaman Paser Utara Kalimantan Timur, Kementan mencatat program DKS melibatkan lima kelompok peternak dengan anggota sebanyak 194 orang.

Baca Juga: Telkom Gandeng Singtel Perluas Bisnis Data Center

Kelompok tersebut telah tergabung dalam wadah korporasi yaitu Koperasi Jasa Babulu Brahman Jaya sejak tanggal 4 Januari 2022. Di DKS Penajam tersebut populasi sapi indukan berkembang dari semula 500 ekor, saat ini telah beranak 22 ekor dan bunting 69 ekor.

Nasrullah berharap, program ini dapat diterapkan ke seluruh Indonesia sesuai potensi daerah. Pasalnya, program ini bisa membantu mencapai target penambahan populasi ternak dan mencukupi pemenuhan protein hewani bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Bagikan Artikel: