Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio ikut menyoroti sikap BPOM yang diduga terbawa arus desakan segelintir pihak terkait kampanye negatif terhadap produk air galon guna ulang kemasan polikarbonat.
Menurutnya, BPOM tergiring dan tidak jeli dalam melihat motif kampanye negatif yang kental nuansa persaingan bisnis ini.
Baca Juga: Pakar: Pelabelan BPA Justru Buat Pasar AMDK Galon Lebih Sehat
Ia bahkan merasa bahwa BPOM melakukan diskriminasi dalam menerima masukan publik ini dan cenderung mendengarkan pihak-pihak yang diduga akan mendapatkan keuntungan atas revisi Peraturan BPOM Tentang Label Pangan Tahun tahun 2018.
Baca Juga: Galon Polikarbonat Aman, Wacana Pelabelan BPA Terindikasi Ciderai Iklim Persaingan Usaha yang Sehat
“Akhir akhir ini, sulit bagi kami untuk meminta bertemu dan memberi masukan ke BPOM,” kata Agus Pambagio yang sebelum kasus ini menyeruak sangat mudah untuk menemui BPOM.
Sementara itu, Asosiasi Industri Air Kemasan (ASPADIN) juga sulit bertemu BPOM, dan ketika diundang bertemu pun hanya diberi waktu beberapa menit untuk bicara, ungkap pengurus inti ASPADIN.
Padahal Aspadin yang beranggotakan 900 perusahaan adalah pihak yang paling akan terlena dampak dari kebijakan BPOM ini.
“Sebagai lembaga negara, sudah selayaknya BPOM menghindari kebijakan yang bernuansa egoisme sektoral keamanan pangan tanpa melihat spin off effect nya terhadap sektor ekonomi dan dampak sosial secara luas,” kata Agus.
Terlebih, krisis Ukraina dan Rusia yang telah membawa kenaikan harga pangan dan energi dunia juga akan dan telah menimbulkan dampak sosial ekonomi di Indonesia. “Apakah isu BPA yang penelitiannya juga masih berjalan ini lebih urgent dibandingkan potensi goncangan sosial ekonomi di masyarakat?” tanya Agus.
Sudah selayaknya BPOM lebih fokus dan memperhitungkan dampak kesehatan jangka pendek akibat kelangkaan produk air minum kemasan ekonomis di pasar.
Adapun Pengamat media Satrio Arismunandar engungkapkan beberapa kejanggalan dari dorongan kampanye negatif terhadap galon guna ulang.
Pada tahun 2021 bulan Juni dan Desember, situs resmi BPOM memuat pernyataan tegas tentang keamanan dan Indonesia Anti Hoax Education Volunteers (REDAXI) melihat ketidakseriusan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam menyikapi isu Bisfenol A (BPA) yang saat ini sudah menjadi twitwar atau perang opini di Twitter.
Astari Yanuarti, Co-founder REDAXI melihat twitwar isu BPA ini terjadi karena sikap BPOM yang tidak begitu serius dalam menyikapinya.
Sikap BPOM mendua. Di satu sisi menyatakan bahwa galon air minum yang mengandung BPA terbukti aman karena airnya tidak terkontaminasi BPA. Tapi di sisi lain merancang pelabelan BPA di galon air minum.
"Ini yang menyebabkan terjadinya twitwar berulang soal isu BPA, terutama jika topiknya memang sengaja diciptakan, seperti topik galon BPA ini. Kubu-kubu yang terlibat biasanya sama saja,” ujarnya.
Karenanya, kata Astari, hoaks terkait BPA ini akan selalu ada di media sosial. Menurutnya, keberadaan lembaga-lembaga cek fakta memang membantu publik untuk mengetahui apakah informasi yang mereka terima itu benar atau salah.
“Namun, itu tidak akan bisa menghentikan peredarannya, sebab jumlah penyebaran hoaks jauh lebih tinggi daripada klarifikasinya,” tuturnya.
Dia juga memprediksi perang tagar soal BPA pada galon air minum masih akan berulang terus termasuk hoaks-hoaksnya selama BPOM masih bersikap mendua mengenai BPA ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: