Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Teknologi PLTS Semakin Maju dan Murah Menjadi Pendorong Pemanfaatan Energi Surya Indonesia

Teknologi PLTS Semakin Maju dan Murah Menjadi Pendorong Pemanfaatan Energi Surya Indonesia Kredit Foto: IESR

PSC memiliki efisiensi penyerapan energi tinggi di atas 20%, contohnya yaitu Perovskite, CIGS, dan CdTe. Minat untuk menggunakan PSC terus tumbuh karena sifat dan biayanya yang lebih kompetitif. Analisis tekno ekonomi pada tahun 2017 menunjukkan bahwa PSC lebih murah, dengan asumsi tingkat degradasi sama dengan silikon kristal yang ketahanannya hingga 20-25 tahun.

Noor menuturkan beberapa tantangan yang dihadapi dalam  pengembangan PSC. "Beberapa tantangan untuk mewujudkan PSC yaitu perovskite tidak stabil dan memiliki umur yang pendek dibandingkan dengan silikon. Selain itu, PSC berkinerja tinggi mengandung limbah yang beracun dan larut dalam air. Namun sebagai produsen timah terbesar ke-2, Indonesia ternyata masih memiliki peluang untuk mengembangkan PSC di masa depan," tambah Noor.

Baca Juga: Indonesia akan Punya PLTS Terbesar Senilai Rp71,8 Triliun berlokasi di Kepualuan Riau

Selain teknologi, mekanisme pembiayaan PLTS yang terjangkau juga mulai berkembang. Pilihan pembiayaan yang terbatas seringkali menghambat minat masyarakat untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya atap. Berbagai pihak berupaya memberikan akses pendanaan PLTS komunal untuk mengatasi hal tersebut. 

"Tren penggunaan modul surya juga paling banyak digunakan dalam negeri dengan kapasitas di bawah 450 Wp. PLTS membutuhkan modul surya di atas 500 Wp dengan sel surya efisiensi lebih tinggi (sel surya tipe M6). Produksi modul surya dengan kapasitas di atas 500 Wp memerlukan peralatan yang termutakhir, maka diperlukan insentif dan jaminan pasar untuk investasi. Dalam jangka pendek, kapasitas modul surya di bawah 450 Wp akan dimaksimalkan untuk proyek PLTS skala kecil (de-dieselization) dan PLTS atap," ujar Beny Adi Purwanto Perwakilan dari Kemenperin RI. 

Baca Juga: Bukan Main! PLTS Hybrid Selayar Mampu Turunkan Emisi Karbon Hingga 1.400 Ton CO2 per Tahun

Selain PLTS atap, Indonesia membutuhkan pengembangan PLTS skala besar atau PLTS terapung untuk mencapai target bauran energi terbarukan pada tahun 2025. Selanjutnya, peluang investasi energi surya di berbagai skala perlu mendorong PLTS yang lebih kompetitif juga perbaikan di kualitas pembiayaan. Inovasi teknologi juga terus memungkinkan PLTS menghasilkan efisiensi energi yang lebih tinggi. Hal tersebut diungkapkan oleh Jen Tan. 

"Untuk keberlanjutan masa depan, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan saat memasang PLTS skala besar. Salah satunya adalah, kita harus peduli terhadap lingkungan karena bisa saja PLTS ditempatkan di ladang tenaga surya atau di daerah tangkapan air setempat yang dipenuhi dengan flora dan fauna. Dalam mengelola PLTS skala besar juga diperlukan alat untuk proses pemantauan, salah satunya terkait akuisisi data. Diperlukan layanan metering incumbent melalui application programming interface (API) yang memuat navigasi peta, tampilan aset global, agregasi alarm, dan statistik keberlanjutan juga dibutuhkan," kata Jen Tan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: