Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Disindir Telak Ngabalin dan Ruhut Sitompul, Refly Harun Sebut Narasinya seperti Preman Jalanan!

Disindir Telak Ngabalin dan Ruhut Sitompul, Refly Harun Sebut Narasinya seperti Preman Jalanan! Kredit Foto: Instagram/Refly Harun
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat Politik Refly Harun membalas sindiran Tenaga ahli KSP Ali Mochtar Ngabalin dan Politisi PDIP Ruhut Sitompul usai dirinya membandingkan Presiden Joko Widodo dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Refly Harun menilai pernyataan yang acap dilontarkan keduanya dalam ruang terbuka akan sangat berdampak pada penilaian publik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Baca Juga: Anies Baswedan Respons Soal Penggunaan JIS Buat Ibadah Umat Lain, Netizen: Itu Stadium, Bukan Masjid

Menurutnya narasi yang disampaikan komunikator istana itu tidak memiliki intelektualitas dan menggambarkan perilaku preman jalanan.

“Analisis saya mengenai Jokowi pindah salat Id dari Jakarta ke Yogyakarta itu sudah membuat panas paling tidak dua punggawa istana, dua komunikator istana yang selama ini sering kali menggunakan narasi atau verbal,” katanya dikutip dari akun YouTube miliknya, Sabtu (7/5/2022).

“Serangan verbal terhadap siapapun yang mengkritik Presiden Jokowi dengan mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak menggambarkan intelektualitas. Hanya menggambarkan perilaku preman jalanan. Tapi mohon maaf ini salah saja dalam tanda kutip tentunya,” tambahnya.

Dia merasa iba melihat Presiden Jokowi karena dikelilingi oleh komunikator-komunikator yang buruk. Hal itu antara lain dapat berdampak ke Presiden sendiri.

“Karena saya menganggap kasihan Presiden Jokowi-nya kalau dikelilingi dengan komunikator-komunikator yang buruk. Tapi belum tentu juga saya benar. Makanya saya katakan tidak ada yang namanya kebenaran mutlak,” katanya.

Baca Juga: Dari Kena Stroke hingga Mati, Pengakuan Ahok Soal Pilkada DKI 2017 Bikin Susi Pudjiastuti Bereaksi!

“Kita bisa testing terhadap publik yang lebih netral, publik yang mau lebih berpikir secara akal sehat. Karena susahnya komunikator istana itu tidak pernah mau berpikir dari sisi analisis, hanya mau melakukan kekerasan verbal saja,” ujarnya

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: