PP Muhammadiyah: Negara ini Kadang Kurang Kerjaan, yang Diurus Ormas itu Diurusi Juga
“Seringkali kita dalam berbangsa-bernegara di hadapkan pada tarik-menarik hal-hal yang mungkin sebagian itu sudah sangat rutin, tapi khilafiah ini masih cukup menyita waktu,” curhat Prof Mu’ti.
Dia mencontohkan, tiba-tiba ada kejutan berbagai video yang sedikit menggoyahkan i’tiqad sebagian warga persyarikatan. “Membuat video-video yang berisi pernyataan dari aparatur ulama beneran ataukah ulama instan,” ungkapnya.
Seperti video yang menyatakan tidak ada shalat Tarawih delapan rakaat. Adanya 20 rakaat. Maka dia menyayangkan, “Orang Muhammadiyah yang mengaji ala kulli hal, ala kadarnya, terpengaruh juga.”
Termasuk ketika menjelang penetapan Idul Fitri, sambung Prof Mu’ti, tiba-tiba ada juga yang menggunggah video dengan narasi ormas tidak boleh membuat ketetapan mengenai Idul Fitri dan Ramadhan karena itu wewenang pemerintah. Sebagaimana pada zaman Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Malik, dan Imam Khambali.
“Sebagian orang Muhammadiyah goyah juga. Tapi yang agak kritis bertanya, zaman Imam Malik kan tidak ada ormas?” ucapnya membuat seisi ruangan tersadar, lalu tertawa berjamaah.
Jadi menurutnya, negara paling enak itu Indonesia. “Diam saja, ormas dimotivasi itu urusan negara selesai sebenarnya. Cuma negara ini kadang-kadang karena kurang kerjaan, yang diurus ormas itu diurusi juga,” imbuhnya dikutip dari pwmu.co.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: