Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

60 Hari Adu Kuat Jokowi Versus Pengusaha Migor, PKS: Jangan Korbankan Petani Rakyat

60 Hari Adu Kuat Jokowi Versus Pengusaha Migor, PKS: Jangan Korbankan Petani Rakyat Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejak diberlakukan larangan ekspor CPO dan turunannya dua pekan lalu, harga jual migor curah mulai bergerak turun. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menyebutkan per tanggal 11 Mei 2022, harga migor curah sedikit turun menjadi Rp19.100 per kilogram dari sebelumnya Rp20.100 per kilogram. Namun, harga ini masih jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp15.500 per kilogram.

Dalam proses penurunan harga migor agar sesuai HET, Mulyanto minta pemerintah meminimalisasi risiko kebijakannya bagi rakyat kecil, khususnya petani sawit rakyat. Para petani harus dibela dan diberi insentif selama pelarangan ekspor tersebut berlangsung. Jangan dibiarkan menjadi korban kebijakan Pemerintah.

Baca Juga: Ramai Soal Kelangkaan Migor Nasional, Bagaimana Sejarah Minyak Goreng Sawit di Indonesia?

"Insentif itu bisa berupa pembelian tandan buah segar (TBS) oleh pemerintah untuk biofuel, insentif pupuk, dan berbagai insentif lainnya," terang Mulyanto, dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (12/5/2022).

Mulyanto memperkirakan adu kuat antara pemerintah dan pengusaha migor ini masih akan terus berlanjut hingga dua bulan ke depan. Sebab daya tahan pengusaha migor bergantung pada kapasitas tangki penyimpanan dan pengolahannya (refinery).  Para pakar menyebut rerata kapasitas penyimpanan sekitar 60 hari, sedangkan kapasitas refinery bisa mencapai satu tahun.

"Jadi paling tidak, efek larangan eskpor CPO ini akan muncul secara signifikan pada 6 minggu ke depan. Itu waktu yang tidak pendek. Karena risiko yang harus ditanggung dari kebijakan larangan CPO tersebut sangat mahal," imbuh Mulyanto.

Baca Juga: Pasca Lebaran, Bagaimana Perkembangan Harga CPO Global?

Untuk itu Mulyanto mendesak Presiden Jokowi dan jajaran menteri agar bekerja ekstra keras. Jangan business as usual. Setiap hari "argometer" risiko kebijakan jalan terus.

Untuk diketahui, harga TBS petani rakyat sudah anjlok. Di Riau, sebagai daerah lumbung sawit nasional, Tim Penetapan harga TBS untuk periode 11-18 Mei 2022, telah menyepakati harga sawit umur 10-20 tahun turun Rp2.972,29 per kg menjadi Rp2.947,58 per kg. Bisa dibayangkan harga TBS untuk daerah-daerah lain yang tidak punya program kemitraan sawit. Total petani sawit sekitar 2,67 juta kepala keluarga (Kementan, 2021).

Sementara devisa negara hilang sebesar Rp27 triliun per bulan atau sekitar Rp1 triliun per hari dari ekspor sawit. Belum lagi lunturnya kepercayaan mitra dagang luar negeri, karena kebijakan radikal yang diputuskan Presiden tersebut, termasuk kekhawatiran nasib 16.2 juta pekerja industri sawit.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: