“Giliran order kuotanya penuh, sedangkan calo-calo di pinggiran jalan bisa dengan mudahnya akses, trus apa fungsinya," tulis pengguna lainnya bernama Asef. Sama seperti Rieo dan Rini, Asef hanya memberikan 1 bintang untuk Ferizy dari penilaian tertinggi 5 bintang.
Rating aplikasi menjadi tolok ukur kepuasan pelanggan. Rating yang tinggi mulai 4.0 ke atas berarti aplikasi disukai pengguna. Sedangkan rating rendah 4.0 ke bawah menunjukkan aplikasi itu tidak disukai dan terancam dihapus.
Tokoh transportasi nasional Bambang Haryo Soekartono, yang juga Ketua Dewan Pembina DPP Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) mengatakan banyaknya keluhan itu menunjukkan aplikasi tersebut tidak bermanfaat dan justru menyulitkan masyarakat menggunakan angkutan penyeberangan.
"Pengguna Play Store yang umumnya melek teknologi dan berpendidikan saja kesulitan menggunakan aplikasi itu, bagaimana dengan masyarakat menengah ke bawah? ASDP tentunya tahu, sekitar 40% penduduk Indonesia berpendidikan SMP dan 20% belum mengenyam pendidikan, sementara sekitar 70% pengguna angkutan penyeberangan adalah masyarakat menengah ke bawah sehingga mereka akan kesulitan dan bingung,” jelasnya, Minggu (15/5/2022).
Terbukti saat arus mudik Lebaran lalu terjadi kemacetan luar biasa di Pelabuhan Merak dan Gilimanuk akibat aplikasi Ferizy bermasalah, apalagi sosialisasinya sangat minim.
"Selain itu masalah utamanya sendiri tidak diatasi oleh ASDP, yaitu jumlah dermaga sangat kurang dan beberapa tidak layak,” kata Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur ini.
Akibat kesulitan membeli lewat online dan tidak ada pilihan pembelian tiket di pelabuhan, dia mengatakan masyarakat terpaksa membeli tiket lewat calo-calo yang marak di pelabuhan dengan harga lebih mahal.
"Ini yang terjadi saat Lebaran lalu, tetapi terkesan dibiarkan oleh ASDP dan instansi berwenang,” ujarnya.
Karena itu, Bambang Haryo mendesak aplikasi Ferizy dirombak total, bahkan sebaiknya dihapus atau diganti dengan pembayaran langsung menggunakan uang elektronik atau e-money seperti diterapkan di jalan tol.
ASDP juga harus menyediakan berbagai piliihan pembelian tiket, termasuk loket penjualan tiket di pelabuhan dan marketplace.
“Aplikasi Ferizy tidak akan menyelesaikan masalah selama dermaga ASDP di Merak-Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk tidak memadai dan tidak layak. Penumpang dikorbankan karena aplikasi secara otomatis akan membatasi kapasitas penumpang sesuai kapal yang bisa dilayani oleh dermaga yang sedikit itu,” ujarnya.
Dia menilai ada benturan kepentingan dalam penerapan tiket online sebab aplikasi Ferizy sepenuhnya dikuasai oleh ASDP, sementara BUMN itu tidak hanya berperan sebagai fasilitator atau penyedia jasa kepelabuhan tetapi juga operator kapal bahkan bertindak sebagai regulator.
“Sebaiknya aplikasi itu diserahkan ke marketplace yang sudah berpengalaman melayani tiket online atau ASDP bekerja sama dengan Gapasdap yang mewakili semua perusahaan penyeberangan. ASDP patut diduga melakukan praktik persaingan usaha tidak sehat jika memanfaatkan aplikasi itu untuk keuntungan sendiri,” tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: