Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Singapura Klaim Warganya Mendadak Radikal Usai Dengar Ceramah UAS, PKS: Gabung ISIS Bukan Ajaran UAS

Singapura Klaim Warganya Mendadak Radikal Usai Dengar Ceramah UAS, PKS: Gabung ISIS Bukan Ajaran UAS Kredit Foto: Instagram/Ust Abdul Somad
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Hidayat Nur Wahid mengkritisi pernyataan Singapura yang menyebut ada anak 17 tahun yang ditangkap dengan kasus terorisme setelah terpengaruh ceramah Ustadz Abdul Somad.

Hidayat mempertanyakan pihak Singapura yang tidak mengungkapkan identitas secara detail. Hal ini penting karena untuk dilakukan verifikasi apakah pernyataan tersebut benar atau tidak.

"Pihak Singapura tidak menyebutkan identitas secara terbuka dan detail terkait anak remaja umur 17 tahun yang katanya terpengaruh dengan UAS itu. Harusnya itu ditampilkan supaya bisa dilakukan klarifikasi atau pengujian kesahihan klaim dari pihak Singapura," kata Hidayat kepada Populis.id pada Rabu (25/05/2022).

Baca Juga: Tegas Tolak UAS, Singapura Beri Contoh: Remaja Itu Mulai Percaya Pengebom Seorang yang Sahid

Soal klaim remaja terpengaruh ISIS, Hidayat mengatakan bahwa selama ini tidak ada ceramah Ustadz Somad yang menganjurkan masyarakat bergabung dengan ISIS. Menjadi simpatisan ISIS, kata Hidayat, bukan ajaran penceramah kelahiran Sumatera Utara itu.

"Apa yang disebutkan bahwa katanya dia terpengaruh oleh ISIS, bom bunuh diri, itu jelas bukan ajarannya Ustadz Abdul Somad, jadi anak remaja ini terpengaruh oleh siapa tidak jelas. Tapi yang jelas UAS tidak pernah mengajarkan bom bunuh diri apalagi mengajarkan ikut ISIS," paparnya.

Ia menyebutkan bahwa yang mengikuti ceramah Ustadz Somad di Indonesia ada jutaan orang dan mereka yang mengikuti video di Indonesia luar biasa sangat banyak.

"Tapi apakah ada yang ditangkap Densus 88 di Indonesia Karena mereka terpengaruh ajaran UAS? Kan tidak ada," terangnya.

Tuduhan Singapura justru berbanding terbalik dengan perlakuan Brunei Darussalam dan Malaysia. Dimana pihak Brunei Darussalam dan Malaysia begitu luar biasa mengikuti UAS dan kemudian memberikan gelar akademik yang sangat tinggi, yaitu doktor honoris causa di Malaysia dan profesor kehormatan di Brunei Darussalam.

"Kesaksian dua kampus di Malaysia dan Brunei lebih bisa dipertanggungjawabkan ketimbang kesaksian satu orang remaja yang juga tidak jelas identitas dan validitasnya," terangnya.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga menekankan bahwa kasus remaja tersebut sangat tidak tepat jika harus dibebankan terhadap Ustadz Somad. Menurutnya, Yang salah silahkan dihukum, tapi yang tidak salah jangan dikenakan sanksi hukum.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: