Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tingkat Literasi Masyarakat akan Asuransi Masih Rendah, Ini yang Dilakukan IFG

Tingkat Literasi Masyarakat akan Asuransi Masih Rendah, Ini yang Dilakukan IFG Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pertemuan dengan pimpinan KPK di gedung KPK, Jakarta, Jumat (13/11/2020). Pertemuan tersebut membahas dana pensiunan pegawai KPK yang tertahan di Jiwasraya dengan nilai polis mencapai Rp20 miliar. | Kredit Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rendahnya literasi akan asuransi di Indonesia membuat beberapa perusahaan asuransi melakukan tindakan untuk dapat meningkatkan tingkat literasi nasional.

Sebagaimana diketahui berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dilakukan OJK pada tahun 2019 yang menunjukkan indeks literasi keuangan mencapai 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan 76,19 persen, di mana di dalam capaian tersebut, literasi asuransi hanya tercatat sebesar 19,4 persen lebih rendah dari indeks literasi perbankan yang mencapai 36,12 persen.

Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Asuransi dan penjaminan Indonesia Finansial Group (IFG) yang membawahi beberapa anak perusahaan yang membidangi asuransi melihat rendahnya literasi tersebut menjadi sebuah tantangan untuk perlu dijawab.

Baca Juga: Belum Kejar Profit, Ini yang Dilakukan IFG Selama 2 Tahun Dibentuk

Wakil Direktur Utama IFG Hexana Tri Sasongko menyebut dalam meningkatkan literasi perusahaan tidak hanya fokus kepada masyarakat kelas menengah saja melainkan juga kepada ekosistem termasuk didalamnya regulator.

"Melakukan literasi tidak hanya konotasi kepada rakyat kecil tapi juga kepada ekosistem, kepada regulator, kepada pemerintah, kepada masyarakat umum," ujar Hexana, Sabtu (4/6/2022).

Hexana menyebut, literasi tersebut akan mengarahkan kepada paradigma yang benar salah satunya dengan memasukan kurukiulum terkait asuransi dan keaktuarian kedalam perguruan tinggi.

"Dengan memasukan kurikulum ke perguruan tinggi, kurikulum asuransi, kurikulum keaktuariaan itu secara formal kalau secara langsung ada program-program literasi masyarakat," ujarnya.

Selain itu, diperlukan juga untuk memasifkan literasi tentang keasuransian dengan tujuan masyarakat benar-benar mehami secara utuh. Untuk mencapai itu perusahaan melakukan beberapa perbaikan terutama di agensi.

Hexana menyebut, sebagai seseorang yang menawarkan produk penjualan asuransi harus dilakukan secaea adil dan beberap syarat yang harus dipenuhi mulai dari dokumentasi hingga nasabah yang mengerti akan produk yang dibeli.

"Edukasi itu juga menyangkut pengetahuan produk, risiko-risikonya transparan ke masyarakat, kegunaanya asuransi, ini kan banyak kesalahkaprahan kan asuransi dianggap sebagai instrumen investasi, harusnya kan engga gitu memang ada unsur investasinya tapi motifnya bukab untuk invetasi," ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: