Indonesia Akan Luncurkan Pita Frekuensi 700MHz, Kominfo Saat Ini Sedang Refarming dan Reassigment
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia mengungkapkan rencana peluncuran pita frekuensi rendah 700MHz untuk layanan 5G di sela ajang The 8th Asia Pacific Spectrum Management Conference yang baru-baru ini digelar di Bangkok, Thailand.
Melansir dari siaran resminya, Jumat (10/06) lebih dari 630 peserta mewakili 84 negara turut ambil bagian, baik secara langsung maupun secara virtual, dalam konferensi yang dipandu bersama oleh Forum Global dan Thailand NBTC, didukung oleh ITU dan APT.
Baca Juga: Kominfo Bakal Pertajam Narasi Komunikasi Publik Daerah
Dalam paparannya, Denny Setiawan, Direktur Penataan Sumber Daya Kominfo menyatakan bahwa sebagai tindak lanjut dari peluncuran layanan komersial 5G tahun lalu, pemerintah Indonesia berharap dapat meluncurkan pita frekuensi rendah 700MHz untuk penyelenggaraan layanan 5G pada akhir tahun 2022 atau awal tahun 2023.
Menurut Denny, saat ini pemerintah juga tengah melakukan proses refarming dan reassignment untuk 5G pada pita frekuensi sedang 3,5GHz, yang direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2023. Sementara itu, penggunaan pita frekuensi 6GHz dan 4,9GHz untuk IMT 5G baru akan diputuskan setelah WRC-23.
Selain pembicara dari Indonesia, konferensi regional ini juga menghadirkan pembicara dari sektor regulasi di negara-negara Tiongkok, Kamboja, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam; perwakilan dari operator layanan seperti China Mobile dan Axiata, vendor telekomunikasi terkemuka seperti Huawei, dan organisasi industri internasional termasuk GSMA.
Pada kesempatan terpisah, Chief Technology Officer Huawei Indonesia Alex Ying mengatakan, konektivitas digital inklusif amat penting dalam upaya mewujudkan lingkungan yang lebih baik melalui kolaborasi teknologi inovatif. Sebagai syarat kunci konektivitas seluler, spektrum merupakan sumber daya yang sangat langka dan luar biasa penting. Spektrum IMT terharmonisasi global, antara lain 700MHz, 3,5GHz, dan 6GHz berlisensi, akan menjadi penentu utama dalam perjalanan inovasi dan inklusi digital masa depan.
Baca Juga: Penuh Haru, Tangis Istri Ridwan Kamil Pecah Saat Melihat Jenazah Eril Usai Dimandikan
“Saat ini di Indonesia ada lebih dari 370 juta koneksi seluler, dan penetrasi ponsel pintar telah melampaui 90%. Meningkatnya konektivitas pita lebar seluler telah berdampak pada persyaratan yang berlaku atas spektrum. Dengan dukungan kebijakan spektrum yang kondusif di Indonesia, Huawei senantiasa mendukung operator melalui teknologi inovatif, termasuk massive MIMO, CloudAIR dynamic spectrum sharing, dan RuralStar," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Aldi Ginastiar