Meski banyak PHK di Startup, Investor Asing Masih Lirik Fintech Tanah Air
Investor dari belahan dunia masih terus menyasar Indonesia. Mereka berinvestasi sebagai lender di platform Fintech Peer to Peer (P2P) Lending. Pengamat menilai bahwa startup Indonesia masih diminati dan masih seksi meskipun ada beberapa startup yang melakukan PHK.
Dari data OJK, jumlah outstanding pinjaman P2P Lending pada akhir kuartal I-2022 senilai Rp 36,16 triliun, sebanyak Rp 6,98 triliun atau 19,3% di antaranya merupakan penyaluran pinjaman dari lender asing. Dengan 3.382 akumulasi rekening lender yang berasal dari luar negeri.
Pengamat dan Praktisi Publikasi di Bidang Startup Gemal Panggabean yang juga merupakan Head of Research and Editor Duniafintech.com mengatakan, alasan para lender asing masuk ke Indonesia karena tertarik dengan potensi pasar Indonesia yang luas dan imbal hasil yang relatif tinggi dibandingkan dengan negaranya.
Selain itu, lender asing biasanya datang ke Indonesia karena memiliki keterkaitan atau hubungan dengan pemilik dari penyelenggara P2P lending atau berasal dari negara yang sama dari pemilik/shareholders yang berasal dari luar negeri. Baca Juga: Fintech, E-commerce, dan Game Pecahkan Rekor Pendapatan Bulanan Tertinggi di 2021
“Apa yang dikatakan OJK adalah fakta bahwa investor masih melirik Indonesia di dunia digital. Ini merupakan fakta bahwa Indonesia masih diminati para investor, meskipun sebagian startup melakukan PHK karyawan,” kata Gemal Panggabean, di Jakarta, Senin (13/6/2022).
Gemal Panggabean mengungkapkan bahwa pelaku startup harus mampu melihat bagaimana P2P lending di Indonesia mengajukan nilai tambah ke investor. Karena salah satu alasan investor melirik pasar di Indonesia adalah karena kepercayaan.
“Kepercayaan itu bukan hanya soal kedekatan personal. Tapi, bagaimana pelaku startup bisa mengajukan nilai tambah bagi investor. Saya rasa setiap pelaku startup mengetahui bagaimana nilai tambah mereka. Intinya, bagaimana produk dan program mereka betul-betul dilirik oleh calos sutomer, member, dan stakeholder,” katanya.
Dia juga menyebutkan, masih banyak startup yang kesulitan menjual produk mereka. Hal ini terjadi karena kesalahan dalam pemasaran. Gemal Panggabean sering menemukan pelaku startup tidak punya strategi yang jelas dalam memasarkan produk.
Sehingga, hal tersebut membuat produk tidak dilirik dan startup terus melakukan “bakar uang”. Hingga akhirnya, terpaksa melakukan PHK karyawan. Menurut Gemal Panggabean, startup sebaiknya membuat tim yang ramping namun membuat strategi pemasaran dari awal dengan baik. Baca Juga: Kembangkan Layanan, Startup Fintech ini Raih Pendanaan 2,8 Juta Dolar AS
“Kebanyakan startup maunya promosi dan cari yang gratisan. Ini tidak baik untuk dibiasakan. Bagaimana mau mendapatkan customer dan produk yang laku di pasaran? Bagaimana bisa mendapatkan uang banyak tapi tidak mau ke luar uang banyak? Memang pemasaran, seperti promosi dan lain-lain membutuhkan uang yang tidak sedikit. Tetapi, jika digunakan dengan benar, maka hasilnya efektif,” kata Gemal Panggabean.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman