Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyatakan keprihatinan atas terungkapnya kasus adanya doktrin ideologi khilafah yang menyesatkan di lingkungan satuan pendidikan, khususnya pondok pesantren.
Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar menyebutkan hal ini memperkuat dugaan bahwa bahaya radikalisme sudah menyusup di satuan pendidikan.
Baca Juga: KemenPPPA: Pijat Bayi Jadi Salah Satu Cara Bangun Interaksi Ibu dan Anak
"Kami sangat prihatin dan khawatir atas hadirnya doktrin ideologi khilafah yang dapat mempengaruhi keyakinan anak-anak terhadap ideologi Pancasila serta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak buruk terhadap sikap toleransi dan cinta tanah air yang dimilikinya," ungkap Nahar.
KemenPPPA turut mengecam berbagai sikap dan budaya yang disebarkan oleh doktrin tersebut, seperti dilarang hormat pada bendera merah putih, tidak diajarkan mengenai Pancasila sebagai ideologi di Indonesia, tidak pernah ada bendera dan menghormati ke bendera selain bendera Khilafatul Muslimin sampai larangan sekolah dalam memasang foto Presiden.
Baca Juga: Maruf Amin Minta Pesantren Jangan Ajarkan Paham Radikal
Nahar menyampaikan berbagai sikap dan budaya akibat doktrin tersebut merupakan bagian dari menanamkan sikap intoleransi yang dapat memunculkan paham radikalisme di kalangan peserta didik.
"Sikap intoleransi saat ini sudah masuk di dunia pendidikan, terbukti dari hasil kajian cepat deteksi dini sikap intoleransi di kalangan pelajar yang dilakukan pada tahun 2021 oleh Kedeputian Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA menunjukkan dari total 5.321 responden yang mengikuti kajian cepat tersebut, masih ditemukan adanya sikap-sikap intoleran di antaranya masih ada 0,7 persen pelajar yang menjawab sangat setuju jika ideologi Pancasila diubah dan digantikan dengan ideologi lain serta masih adanya 2,5 persen pelajar yang menjawab tidak setuju dengan makna ideologi Pancasila," ujar Nahar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Ayu Almas